Asosiasi Akui Impor Masih Jadi Tantangan di Industri Minuman

13 Maret 2024 20:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biasakan membaca dengan teliti label pada kemasan jus buah yang hendak dibeli Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Biasakan membaca dengan teliti label pada kemasan jus buah yang hendak dibeli Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Prijosoesilo buka suara perihal kontribusi industri minuman ringan terhadap defisit neraca dagang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Triyono tidak menampik tingginya angka impor minuman ringan dalam kemasan terhadap defisit neraca dagang Indonesia pada 2022. Bahkan menurutnya hal ini telah menjadi pekerjaan rumah pihaknya dalam menjadikan industri ini sebagai tuan rumah di negara sendiri.
“Sebenarnya, kalau dari sisi impor minuman dalam kemasan sendiri memang ini menjadi PR juga, bagaimana kita bisa membuat industri kita menjadi tuan rumah,” kata Triyono usai konferensi pers Kinerja Industri Minuman 2023 serta Peluang dan Tantangan 2024 di Jakarta pada Rabu (13/3).
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), nilai impor minuman ringan sebesar USD 129 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor produk yang sama sebesar USD 99 juta pada 2022. Sehingga industri minuman ringan dipandang berkontribusi besar terhadap defisit neraca dagang Indonesia pada tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Triyono menjelaskan praktik importasi minuman ringan ataupun minuman berkemasan umumnya lebih banyak dilakukan di daerah perbatasan Indonesia dengan negara lain.
Lantaran, dengan keterbatasan akses dari Indonesia, menjadikan daerah tersebut lebih mudah dijangkau oleh produk dari luar negeri.
"Utamanya terjadi di daerah-daerah perbatasan. Nah itu yang kadang-kadang lebih mudah untuk mendatangkan produk impor daripada produk dalam negeri dikirim ke sana, karena lokasi yang jauh, mungkin dari sisi ketersediaan dan struktur logistik yang kurang siap," jelas Triyono.
Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah untuk menyediakan infrastruktur yang layak bagi masyarakat di daerah perbatasan.
Sehingga produk industri dalam negeri dapat terdistribusi dan terserap dengan baik.
"Kami mendukung sekali pemerintah sudah mencoba melakukan perbaikan infrastruktur, karena itu bagian dari kemudahan kami mengirimkan produk, sehingga produk-produk kami lebih available di market," pungkas Triyono.
ADVERTISEMENT