Asosiasi Gula: Jika Tidak Impor, Defisit Gula Konsumsi Diperkirakan 29.000 Ton

12 Februari 2020 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asosiasi Gula Indonesia menggelar konferensi pers Sugar Outlook 2020 di Gedung RNI, Jakarta, Rabu (12/2). Foto: Abdul Latif/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Asosiasi Gula Indonesia menggelar konferensi pers Sugar Outlook 2020 di Gedung RNI, Jakarta, Rabu (12/2). Foto: Abdul Latif/kumparan
ADVERTISEMENT
Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memproyeksikan defisit gula konsumsi tahun ini mencapai 29.000 ton jika pemerintah tidak melakukan impor.
ADVERTISEMENT
Sebab, berdasarkan catatan AGI, stok awal tahun 2020 sebesar 1,084 juta ton ditambah proyeksi produksi tahun ini sebanyak 2,050 juta ton.
"Serta perkiraan konsumsi gula pada tahun 2020 sebesar 3,163 juta ton, maka neraca akhir tahun 2020 apabila tidak impor gula akan mengalami defisit sebesar 29.000 ton," kata Direktur Eksekutif AGI Budi Hidayat saat konferensi pers Sugar Outlook 2020 di Gedung RNI, Jakarta, Rabu (12/2).
Budi merinci, produksi gula Indonesia tahun 2019 mencapai sekitar 2,227 juta ton, sedikit lebih tinggi dibanding produksi tahun 2018 sebesar 2,174 juta ton.
Mendag mengunjungi pabrik gula Foto: Ela Nurlaela/kumparan
Budi mengakui, tahun 2019 memang terjadi penurunan luas lahan tebu menjadi 411.435 hektare (ha) dibanding tahun sebelumnya 413.432 ha.
"Namun dari sisi produktivitas tebu, pada tahun 2019 mengalami kenaikan produktivitas gula menjadi 5,41 ton gula per hektare dibanding tahun sebelumnya 5,26 ton gula per hektare," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Budi, salah satu opsi untuk mengatasi defisit gula konsumsi, pemerintah harus mulai melakukan impor gula pada akhir musim giling.
"Untuk pemenuhan pada tahun 2020 dan persiapan awal tahun 2021 diperlukan impor gula untuk konsumsi langsung sebesar 1,330 juta ton," tuturnya.