Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Astra Agro Lestari Bicara Dampak Anjloknya Rupiah ke Industri CPO
23 April 2024 18:40 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari (AALI) Santosa bicara dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap industri crude palm oil (CPO ). Menurutnya, masih terlalu dini untuk melihat efeknya.
ADVERTISEMENT
“Dampak pelemahan rupiah tentu kita akan evaluasi, (namun) kondisi saat ini, buat kami masih terlalu dini,” kata Santosa dalam Public Expose AALI di Menara Astra Jakarta, Selasa (23/4).
Menurutnya, saat ini produksi CPO baik di Indonesia maupun Malaysia tengah ada dalam musim yang tidak terlalu produktif.
Santosa bahkan menyebut tanaman kelapa sawit tengah dilanda kelelahan usai berproduksi secara tinggi pada kuartal-kuartal sebelumnya. Lantaran menurutnya, tanaman kelapa sawit banyak berproduksi pada kuartal III hingga pertengahan kuartal IV.
“Sekarang secara produksi Indo dan Malaysia kita low season. biasanya di kuartal III akan peak up, selesai di pertengahan kuartal IV, benar-benar,” jelasnya.
Sehingga, bos anak perusahaan Astra di sektor pertanian kelapa sawit itu melihat, pihaknya belum memiliki kepastian atas dampak yang ditimbulkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap pasokan CPO ataupun terhadap kinerja perusahaan.
ADVERTISEMENT
Adapun dari segi tantangan kinerja 2024, Santosa menuturkan hal ini justru berkaitan dengan usia rata-rata tanaman sawit nasional, termasuk tanaman sawit milik AALI.
Hal ini lah yang membuat sebagian besar alokasi dana belanja modal 2024 AALI digelontorkan untuk replanting yaitu berkisar antara Rp 600 miliar hingga Rp 700 miliar dari total anggaran Rp 1,3 triliun hingga Rp 1,4 triliun tahun ini.
Replanting juga menjadi fokus kinerja AALI pada tahun ini. “Sebanyak 46 persen merupakan tanaman yang memasuki pertumbuhan negatif. Tantangan untuk peningkatan produktivitas di tahun 2023 juga semakin serius mengingat siklus el nino yang harus dihadapi perusahaan,” jelas Santoso.
Terlebih menurutnya, untuk tanaman kelapa sawit, dampak kemarau berkepanjangan atau el nino tersebut akan memerlukan waktu satu hingga dua tahun. “Karena efek el nino perlu waktu 1 hingga 2 tahun,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya soal produktivitas yang dipengaruhi oleh usia tanaman, Santosa juga menyinggung persoalan harga masih menjadi perhatian AALI.
Dia kemudian berkaca pada penurunan harga beberapa komoditas termasuk CPO pada 2023 lalu. Harga di pasar global tahun 2022 menurutnya tercatat sebagai harga tertinggi sepanjang sejarah industri, yakni mencapai USD 1,813 per ton.
Sementara, pada tahun 2023, harga rata-rata CPO hanya menyentuh angka USD 964 per ton, atau mengalami penurunan 13,9 persen dari tahun sebelumnya.
“Penurunan harga yang tajam ini menimbulkan koreksi kinerja keuangan industri kelapa sawit Indonesia, termasuk Perseroan,” tutupnya.