Astra Group Raup Laba Rp 18,9 Triliun Sepanjang 2017, Naik 25%

27 Februari 2018 18:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Astra (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Astra (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih sepanjang tahun 2017 sebesar Rp 18,881 triliun atau naik 25% dibandingkan laba di tahun 2016 sebesar Rp 15,156 triliun. Laba per saham juga tercatat naik dari Rp 374 menjadi Rp 466.
ADVERTISEMENT
Naiknya laba tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan perseroan di sepanjang tahun 2017 menjadi Rp 206,057 triliun dari tahun 2016 yang hanya Rp 181,084 triliun.
“Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat,” ujar Presiden Direktur ASII Prijono Sugiarto dalam keterangannya dikutip kumparan (kumparan.com), Selasa (27/2).
Nilai kas bersih, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp 2,7 triliun pada akhir tahun 2017 dibandingkan nilai kas bersih pada akhir tahun 2016 sebesar Rp 6,2 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh investasi baru yang dilakukan sepanjang tahun pada jalan tol, properti serta pembangkit tenaga listrik.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan hal tersebut, utang bersih di perusahaan induk, Astra International mencapai Rp 9,2 triliun pada akhir tahun 2017, meningkat dibandingkan pada akhir tahun 2016 sebesar Rp 7,1 triliun. Anak perusahaan Grup Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 46,1 triliun pada akhir tahun 2017, dibandingkan dengan Rp 47,7 triliun pada akhir tahun 2016.
Perseroan menetapkan dividen final Rp 130 per saham dari sebelumnya Rp 122 per saham.nUsulan dividen final tersebut bersama dengan dividen interim Rp 55 per saham akan menjadikan dividen total pada tahun 2017 menjadi Rp 185 per saham dari sebelumnya Rp 177 per saham. Dividen final yang diusulkan tersebut berdasarkan pertimbangan meningkatnya utang pada level perusahaan induk Astra International dan rencana investasi lainnya di masa mendatang.
Segenap direksi Astra berfoto bersama (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Segenap direksi Astra berfoto bersama (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Otomotif
ADVERTISEMENT
Laba bersih dari divisi otomotif Grup menurun 3% menjadi Rp 8,9 triliun. Kenaikan laba bersih pada bisnis komponen tidak dapat mengimbangi penurunan penjualan mobil dan tekanan diskon yang muncul dari meningkatnya persaingan. Kinerja dari segmen sepeda motor relatif tidak berubah.
Penjualan mobil secara nasional sedikit berubah menjadi 1,1 juta unit. Penjualan mobil Astra menurun sebesar 2% menjadi 579.000 unit, dengan pangsa pasar turun dari 55% menjadi 54%. Grup telah meluncurkan 11 model baru dan 11 model revamped sepanjang tahun 2017.
Penjualan sepeda motor nasional turun 1% menjadi 5,9 juta unit. Penjualan PT Astra Honda Motor (AHM) bertahan pada 4,4 juta unit, sehingga pangsa pasarnya meningkat dari 74% menjadi 75%. Grup telah meluncurkan delapan model baru dan 18 model revamped sepanjang tahun 2017.
ADVERTISEMENT
PT Astra Otoparts Tbk, bisnis komponen Grup, membukukan kenaikan laba bersih 32% menjadi Rp 551 miliar yang disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari meningkatnya kinerja replacement market dan penjualan ekspor, serta meningkatnya kontribusi laba bersih dari perusahaan patungan dan entitas asosiasi.
Jasa Keuangan
Laba bersih Grup Jasa Keuangan meningkat menjadi Rp 3,8 triliun dari Rp 789 miliar pada tahun sebelumnya sebagai dampak kembalinya profitabilitas dari Bank Permata serta kenaikan kontribusi PT Astra Sedaya Finance (ASF), PT Federal International Finance (FIF) dan PT Asuransi Astra Buana (AAB).
Sektor bisnis pembiayaan konsumen menunjukkan kenaikan total pembiayaan sebesar 3% termasuk pembiayaan melalui joint bank financing without recourse menjadi Rp 81,7 triliun. ASF yang fokus pada pembiayaan roda empat mencatat kenaikan laba bersih sebesar 2% menjadi Rp 957 miliar. Sementara, PT Toyota Astra Financial Services (TAF), mencatat penurunan laba bersih sebesar 95% menjadi Rp 18 miliar diakibatkan meningkatnya provisi kerugian pemberian kredit, terutama di segmen low cost car. FIF yang fokus pada pembiayaan roda dua mencatat kenaikan laba bersih sebesar 11% menjadi Rp 2,0 triliun, disebabkan meningkatnya pangsa pasar motor Honda serta diversifikasi produk pembiayaan.
ADVERTISEMENT
Total pembiayaan yang dikucurkan oleh Grup pembiayaan alat berat meningkat 25% menjadi Rp 5,9 triliun. Namun, terdapat kenaikan provisi kerugian pemberian kredit terkait debitor kecil dan menengah.
Bank Permata, yang 44,6% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp 748 miliar pada tahun 2017 dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp 6,5 triliun pada tahun 2016. Rasio kredit bermasalah kotor (gross NPL) membaik menjadi 4,6% pada akhir tahun 2017 dibandingkan 8,8% pada akhir tahun 2016, sementara itu rasio kredit bermasalah bersih (net NPL) membaik menjadi 1,7% dari 2,2%. Kembalinya profitabilitas Bank Permata sebagian besar didorong oleh peningkatan kualitas aset, pertumbuhan kredit yang baik di semester kedua tahun 2017 dan perbaikan kinerja kredit bermasalah. Untuk memperkuat struktur permodalannya, Bank Permata menyelesaikan rights issue sebesar Rp 3,0 triliun pada Juni 2017 di mana seluruh pemegang saham telah mengambil hak mereka secara penuh.
ADVERTISEMENT
Laba bersih AAB, perusahaan asuransi kerugian Grup, tumbuh 9% menjadi Rp 1,0 triliun, terutama disebabkan oleh kenaikan keuntungan investasi. Selama tahun 2017, perusahaan asuransi jiwa patungan Grup, PT Astra Aviva Life, berhasil menambah lebih dari 259.000 nasabah baru perorangan dan 373.000 nasabah asuransi program kesejahteraan karyawan perusahaan, sehingga pada akhir tahun 2017 jumlah nasabah perorangan dan nasabah melalui program kesejahteraan karyawan perusahaan, masing-masing menjadi 390.000 dan 896.000 nasabah.
Logo Astra Infra (Foto: Astrainfra.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Astra Infra (Foto: Astrainfra.co.id)
Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi
Kontribusi laba bersih Grup alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi meningkat 47% menjadi Rp 4,5 triliun. PT United Tractors Tbk (UT), yang 59,5% sahamnya dimiliki Perseroan, melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 48% menjadi Rp 7,4 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan harga batu bara yang menguat secara signifikan sehingga meningkatkan kinerja bisnis mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan juga kegiatan pertambangan.
ADVERTISEMENT
Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume penjualan alat berat Komatsu mengalami peningkatan sebesar 74% menjadi 3.788 unit, di mana pendapatan dari suku cadang dan jasa pemeliharaan juga meningkat. PT Pamapersada Nusantara (PAMA), anak perusahaan UT di bidang kontraktor penambangan batu bara, mengalami peningkatan produksi batu bara sebesar 3% menjadi 113 juta ton, sementara peningkatan kontrak pengupasan lapisan tanah (overburden removal) meningkat sebesar 14% menjadi 801 juta bank cubic metres.
Namun, anak perusahaan UT dalam bidang pertambangan melaporkan penurunan penjualan batu bara sebesar 8% menjadi 6,3 juta ton disebabkan volume penjualan yang lebih rendah dari bisnis perdagangan batu bara.
PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM), perusahaan cooking coal di Kalimantan Tengah yang 80,1% sahamnya dimiliki UT, memulai produksi pada akhir tahun 2017.
ADVERTISEMENT
PT Acset Indonusa Tbk (Acset), perusahaan kontraktor umum yang 50,1% sahamnya dimiliki UT, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 126% menjadi Rp 154 miliar. Penambahan kontrak baru senilai Rp 8,4 triliun berhasil dicatatkan selama tahun 2017, dibandingkan Rp 3,8 triliun pada tahun sebelumnya.
PT Bhumi Jati Power (BJP), yang 25% sahamnya dimiliki UT, sedang dalam proses pembangunan dua pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas masingmasing 1.000 mega watt (MW) di Jawa Tengah, yang dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada tahun 2021.
Agribisinis
Laba bersih dari segmen agribisnis Grup tidak berubah, yaitu sebesar Rp 1,6 trilliun. PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL), yang 79,7% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, membukukan laba bersih sebesar Rp 2,0 triliun. Meskipun pendapatan meningkat seiring harga minyak kelapa sawit (CPO) yang lebih tinggi dan peningkatan penjualan minyak kelapa sawit, kinerja tersebut tidak berubah banyak dibandingkan tahun 2016, ketika mendapatkan keuntungan selisih kurs. Tanpa menghitung dampak selisih kurs pada kedua tahun tersebut, kenaikan laba bersih mencapai 8%.
ADVERTISEMENT
Harga rata-rata minyak kelapa sawit mengalami peningkatan sebesar 6% menjadi Rp 8.271/kg, sementara penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya meningkat sebesar 12% menjadi 1,7 juta ton dibandingkan tahun 2016.
Topping off Menara Astra dan Anandamaya Residences (Foto: Novan Nurul/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Topping off Menara Astra dan Anandamaya Residences (Foto: Novan Nurul/kumparan)
Infrastruktur dan Logistik
Divisi infrastruktur dan logistik Grup mencatat kerugian bersih sebesar Rp 231 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 263 miliar pada tahun 2016. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal dari ruas jalan tol baru Cikopo Palimanan sepanjang 116,8 km, yang 45% sahamnya diakuisisi Grup awal tahun 2017, serta kerugian atas divestasi PT PAM Lyonnaise Jaya, perusahaan penyedia air bersih, yang sebelumnya dimiliki Grup sebesar 49% dan memiliki sisa waktu pengoperasian 5 tahun lagi.
Selama tahun 2017, portofolio Grup di jalan tol telah berkembang dari 236 km menjadi 353 km, di mana 269 km telah beroperasi. Tol Tangerang-Merak sepanjang 72,5 km yang dioperasikan PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator jalan tol yang 79,3% sahamnya dimiliki Perseroan, mencatat peningkatan volume trafik kendaraan sebesar 4% menjadi 50 juta kendaraan.
ADVERTISEMENT
Jalan tol Jombang-Mojokerto sepanjang 40,5 km yang keseluruhannya dimiliki Grup telah selesai dibangun di mana dua seksi terakhir rampung pada kuartal keempat di tahun 2017. Jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,8 km, di mana Grup memiliki kepemilikan sebesar 45%, mengalami peningkatan volume trafik sebesar 13% menjadi 17 juta kendaraan, sedangkan jalan tol Semarang-Solo sepanjang 72,6 km yang 40% sahamnya dimiliki Grup, sepanjang 40,1km telah beroperasi dan volume trafik kendaraan meningkat 3% menjadi 12 juta kendaraan.
PT Serasi Autoraya (SERA) mengalami kenaikan laba bersih sebesar 101% menjadi Rp 201 miliar, disebabkan oleh kenaikan marjin kontrak sewa mobil dan bisnis logistik, meskipun terjadi penurunan sebesar 2% pada kontrak sewa kendaraan dan penurunan 18% untuk penjualan mobil bekas.
ADVERTISEMENT
Teknologi Informasi
Laba bersih dari segmen teknologi informasi Grup naik 1% menjadi Rp 198 miliar. PT Astra Graphia Tbk, yang 76,9% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, melaporkan laba bersih yang sedikit naik menjadi sebesar Rp 257 miliar, terutama disebabkan oleh perolehan pendapatan yang lebih tinggi dari bisnis jasa layanan perkantoran.
Properti
Laba bersih dari divisi properti Grup mengalami peningkatan 101% menjadi Rp 223 miliar, sebagian besar disebabkan oleh peningkatan laba dari proyek Anandamaya Residences. Proyek tersebut dan juga Menara Astra direncanakan selesai pada tahun 2018. PT Astra Land Indonesia (ALI), yang 50% sahamnya dimiliki Grup, memiliki 67% saham PT Astra Modern Land (AML), sedang mengembangkan lahan seluas 67 hektar di wilayah Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Aksi Korporasi Terbaru
Pada bulan Februari 2018, Perseroan mengumumkan investasi sebesar USD 150 juta untuk kepemilikan saham minoritas di GO-JEK, perusahaan multi-platform penyedia layanan yang bervariasi dari transportasi dan pembayaran hingga jasa antar makanan, logistik serta berbagai layanan on-demand lainnya. Investasi ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah serta mengakselerasi inisiatif digital di lingkup bisnis Grup.
Prospek Bisnis
Setelah mencetak kinerja keseluruhan yang baik pada tahun 2017, Grup Astra diharapkan dapat terus diuntungkan dari membaiknya kondisi ekonomi serta stabilnya harga komoditas, meskipun persaingan di pasar mobil akan terus meningkat.