Australia Berpotensi Jadi Pembawa Virus LSD, Stok Daging Sapi RI Terancam?

1 Agustus 2023 17:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ribuan sapi hidup dari Australia tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk penuhi kebutuhan Lebaran, Selasa (12/4/2022). Foto: Badan Pangan Nasional (BPN)
zoom-in-whitePerbesar
Ribuan sapi hidup dari Australia tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, untuk penuhi kebutuhan Lebaran, Selasa (12/4/2022). Foto: Badan Pangan Nasional (BPN)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan) menemukan penyakit kulit LSD (lumpy skin disease) dari sapi impor yang dikirim dari 4 peternakan asal Australia.
ADVERTISEMENT
Saat ini, impor dari 4 peternakan tersebut dibekukan sementara sembari menunggu identifikasi sumber virus. Bila itu terbukti dari Australia, pembekuan impor akan dilakukan permanen.
Di lain sisi, Indonesia adalah pasar terbesar untuk ekspor sapi hidup Australia, yakni menyumbang sekitar 56 persen pada tahun 2021-2022.
Kepala Barantan Bambang mengatakan, penyetopan sementara impor sapi tersebut dalam waktu dekat tidak akan membuat Indonesia krisis daging sapi.
"Sementara belum (berdampak signifikan). Dari 60 (peternakan di Australia), yang ditahan impor sementara ada 4 (peternakan). Ada 56 masih diizinkan tapi terus kita cek," kata Bambang saat konferensi pers di Kantor Barantan, Jakarta, Selasa (1/8).
Meski begitu, Bambang mengatakan Indonesia harus tetap waspada terhadap krisis pangan utamanya daging sapi sebagai sumber kebutuhan protein hewani di tengah krisis iklim yang terjadi saat ini. Pemerintah melakukan penjajakan negara-negara yang berpotensi bisa menjadi pemasok sapi ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kita antarnegara kan terbuka, jangan hanya berharap dari Australia saja, juga ada dari India, ada Brasil, ada Afrika Selatan yang sedang coba diupayakan Pak Menko Marves Luhut atas koordinasi dengan Badan Karantina," kata Bambang.

Penjajakan Sapi Impor Afrika Selatan hingga Meksiko

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan Presiden Selatan, Cyril Ramaphosa dan jajaran menteri di negara tersebut. Salah satu pembahasannya adalah persiapan gelaran KTT BRICS yang akan dilaksanakan minggu ketiga bulan Agustus 2023 ini. Dalam KTT ini nantinya diharapkan akan terjadi kesepakatan terkait impor sapi dan kedelai.
"Sebagai langkah awal, kami sedang mengeksplorasi potensi kerja sama impor 50.000 ekor sapi dan 300.000 ton kedelai dari Afrika Selatan," kata Luhut.
ADVERTISEMENT
Mantan Kepala Kantor Staf Presiden ini menjelaskan Indonesia perlu impor sapi karena harganya masih tinggi di dalam negeri. Kementerian Pertanian mencatat, Indonesia masih membutuhkan 40 persen komoditas tersebut.
Terpisah, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Suhanto menjelaskan rencana impor sapi dari Afrika Selatan tujuannya adalah untuk stabilitas harga daging sapi di dalam negeri. Selama ini Indonesia terlalu bergantung sapi impor dari Australia yang kini harganya mulai naik.
Karena kan kita biar tidak tergantung dengan Australia karena Australia (harga sapi) naik terus sehingga mempengaruhi harga dalam negeri," kata dia.
Tak cuma Afrika, Indonesia juga menjajaki potensi impor sapi dari Meksiko. "Bukan hanya Afrika, kita juga jajaki dengan Meksiko agar kita bisa stabilisasi harga," pungkas Suhanto.
ADVERTISEMENT