B20: Kualitas Pendidikan Jadi Kunci SDM Unggul di Dunia Kerja

9 September 2022 12:43 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
B20-G20 Dialogue: Future of Work and Education Task Force. Foto: Dok. B20
zoom-in-whitePerbesar
B20-G20 Dialogue: Future of Work and Education Task Force. Foto: Dok. B20
ADVERTISEMENT
Kualitas pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam menciptakan lanskap unggul di dunia kerja. Kedua hal ini diperkirakan mampu mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
The Business 20 atau B20 melalui The Future of Work and Education Task Force (FOWE TF) memiliki tujuan untuk mendorong terbukanya pemerataan akses dan kualitas pendidikan di semua tingkatan. Utamanya bagi kelompok yang rentan dalam pemulihan ekonomi.
Hamdhani Dzulkarnaen Salim, Chair of FOWE TF memahami betul bahwa gap pendidikan dan industri pekerjaan di Indonesia masih lebar. Untuk itu, Hamdhani yang merupakan Direktur Astra dan Presiden Direktur Astra Otoparts ini menyusun serangkaian rekomendasi kebijakan secara komprehensif agar tercipta link and match di dunia pendidikan dan lapangan kerja.
Menurutnya, FOWE TF memiliki dua program spesifik. Pertama, memulihkan krisis sektor tenaga kerja pascapandemi. Kedua, membangun masa depan dunia kerja serta pendidikan yang lebih inklusif dan tangguh, terutama untuk menghadapi tantangan terkait revolusi teknologi digital dan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
“Kami fokus pada tiga tema rekomendasi. Pertama, penciptaan pekerjaan di masa depan. Ini bukan hanya soal statistik ketenagakerjaan, tapi penciptaan pekerjaan berkelanjutan, jangka panjang, layak dan sesuai dengan kebutuhan masa depan ekonomi dunia,” jelas Hamdhani dalam keterangannya seperti dikutip kumparan, Jumat (9/9).
Berbekal pengalaman lebih dari 30 tahun di industri manufaktur dan otomotif, Hamdhani optimistis kualitas pendidikan yang mumpuni mampu mendorong lapangan kerja yang unggul. Adapun rekomendasi kedua dari FOWE TF adalah pembelajaran dan keterampilan yang relevan dengan masa depan.
"Pandemi memberikan pembelajaran bagi kita semua, untuk mengkaji kembali relevansi dunia pendidikan saat ini dengan kebutuhan industri di masa depan. Hal ini termasuk sistem pendidikan yang mendorong pembelajaran seumur hidup," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Rekomendasi ketiga FOWE TF adalah inklusivitas atau penyertaan dan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan. Pandemi membuat banyak kemunduran bagi inklusivitas di dunia kerja.
“Pandemi bukan satu-satunya tantangan terhadap ketenagakerjaan dan pendidikan, ada aspek lain yang perlu mendapat perhatian yang perlu ditangani seperti transisi energi hijau, digitalisasi dan otomatisasi yang juga mesti disoroti. Ini bisa menjadi tantangan sekaligus peluang baru dalam menciptakan pertumbuhan sosial dan ekonomi serta lapangan kerja baru,” tutur Hamdhani.
B20-G20 Dialogue: Future of Work and Education Task Force. Foto: Dok. B20
Sementara itu, Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan, sejumlah persoalan di dunia pendidikan harus segera diselesaikan. Sebab menurutnya, jika persoalan itu dibiarkan, dunia akan kehilangan potensi tenaga kerja yang dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi global, terutama dari kaum perempuan.
ADVERTISEMENT
“B20 menyiapkan dua legacy yang mendukung rekomendasi kebijakan yang dirumuskan FOWE TF untuk menciptakan peluang baru dan meningkatkan inklusivitas dalam pekerjaan dan pendidikan di masa depan," kata Shinta.
Pertama, B20 Wiki, platform yang meningkatkan UMKM generasi berikutnya ke rantai pasokan global melalui Wiki Learn, Wiki DO dan Wiki Scale. Ini sejalan dengan tujuan jangka panjang, membantu menciptakan wirausaha dan mempercepat penciptaan lapangan kerja.
Kedua, One Global Women Empowerment (OGWE) yang merupakan inisiatif global baru yang dirancang untuk meningkatkan dukungan dan memberdayakan perempuan dalam bisnis dan karier. OGWE fokus pada literasi digital dan kemampuan kepemimpinan perempuan serta menciptakan lingkungan kerja yang aman dan adil.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid gelar tur Eropa untuk promosikan B20. Foto: Dok. Istimewa
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid juga menjelaskan, studi terbaru McKinsey mengatakan 30 persen pekerja global akan tergantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Selain itu, pekerjaan administrasi juga nantinya akan tergantikan oleh teknologi AI, sama halnya dengan sektor industri SDA yang secara perlahan akan transisi menuju industri hijau.
ADVERTISEMENT
“Satu sisi, ini akan ada pekerjaan yang hilang. Namun secara positif, ada penciptaan lapangan kerja baru ketika dunia melakukan transisi menuju ekonomi hijau," katanya.
Badan Energi Internasional menghitung, ada 40 juta lapangan kerja yang akan tercipta dari ekonomi hijau di tahun 2030. Indonesia yang memiliki generasi muda usia produktif atau bonus demografi harus memanfaatkannya. "Ini kekuatan kita,” tuturnya.
Arsjad memprediksi, di Indonesia, akselerasi teknologi 4.0 memiliki potensi untuk mendorong produktivitas dan menghasilkan keuntungan hingga 70 bagi perusahaan, menciptakan 20 juta lapangan kerja baru dan menciptakan tambahan USD 120 miliar dalam output ekonomi tahunan.
Survei IMD World Digital Competitiveness Ranking 2021 menempatkan Indonesia pada peringkat 37 dunia dari total 64 negara. Data tersebut memperlihatkan Indonesia masih kalah dari segi daya saing digital bila dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara.
ADVERTISEMENT
Rendahnya kualitas tenaga kerja yang belum mampu merespons perkembangan kebutuhan pasar kerja, menjadi salah satu penyebab produktivitas dan daya saing Indonesia masih tertinggal.
Arsjad mengingatkan, tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0 ini. Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah skill dengan cara reskilling atau upskilling.
Peningkatan lapangan pekerjaan juga harus sejalan dengan peningkatan investasi. Tidak hanya keterampilan baru tetapi keterampilan yang dibutuhkan untuk industri masa depan.
“Jelas, kita tidak bisa melakukan ini sendirian. Kemitraan publik-swasta yang lebih erat diperlukan agar komunitas bisnis dapat berkontribusi untuk menyesuaikan transisi ini. Industri harus bisa berkolaborasi lebih praktis dengan pemerintah untuk merancang kurikulum yang sesuai kebutuhan industri di masa depan,” tambahnya.
Ketua B20 Future of Work and Education Task Force, Hamdhani D. Salim. Foto: Dok. KADIN
Profil Hamdhani Dzulkarnaen Salim
ADVERTISEMENT
Hamdhani Dzulkarnaen Salim meraih gelar Sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Magister Manajemen dari Universitas Indonesia (UI). Sebagai Ketua Umum Gabungan Industri Suku Cadang dan Komponen Otomotif Indonesia (GIAMM), ia telah mendorong perkembangan dan kesejahteraan industri komponen otomotif sejak tahun 2014.
Hamdhani juga terlibat dalam memajukan pendidikan vokasi sebagai Ketua Yayasan Astra Bina Ilmu yang telah membawahi Politeknik Astra sejak 2013. Dengan kompetensi dan pengalaman yang mendalam di bidang manufaktur otomotif, Hamdhani juga menjabat sebagai Presiden Komisaris, serta Wakil Presiden Komisaris di beberapa perusahaan.
Ia memulai karier di Honda Astra Engine Manufacturing pada tahun 1989, kemudian sebagai Engineering Division Head di Honda Federal, CE Plywood Industry di Sumalindo Lestari Jaya, Direktur Produksi di FSCM Manufacturing Indonesia, Direktur Teknik Produksi dan Pengadaan di Astra Honda Motor, Wakil Presiden Direktur Astra Otoparts dan kemudian menjadi Presiden Direktur Astra Otoparts dan Direktur Astra.
ADVERTISEMENT