Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
B40 Berjalan dengan Skema Baru: Insentif untuk Separuh Alokasi Biodiesel
3 Januari 2025 19:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebutkan alokasi biodiesel untuk B40 tahun ini sebanyak 15,6 juta kiloliter (KL). Berbeda dengan implementasi tahun lalu, kali ini insentif hanya diberikan untuk 7,55 juta KL biodiesel yang disalurkan badan usaha bahan bakar nabati (BU BBN) alias hanya nyaris separuhnya.
"Dari angka 15,6 juta kiloliter, PSO kita itu kurang lebih sekitar 7,55 juta, yang dimaksud dengan PSO ini adalah yang selisihnya itu ditanggung oleh negara," jelas Bahlil saat konferensi pers, Jumat (3/1).
Dengan demikian, lanjut Bahlil, total alokasi biodiesel yang dijual tanpa insentif dari BPDPKS alias penyaluran non Public Service Obligation (PSO) untuk tahun ini yakni sekitar 8,07 juta KL.
Bahlil mengungkapkan alasan skema setengah PSO dan non PSO ini berlaku, karena kurangnya dana yang dikelola BPDPKS untuk insentif badan usaha penyalur FAME untuk program biodiesel.
ADVERTISEMENT
"Non PSO ini harganya sama juga, tapi tidak ditanggulangi insentifnya oleh negara. Karena dana BPDPKS kita kan tahun 2025 tidak bisa meng-cover secara total daripada B40. Tapi kita sudah hitung nggak ada masalah kok," ungkapnya.
Meski begitu, Bahlil menjamin alokasi biodiesel yang non PSO tidak akan mandek karena tidak diberi insentif oleh negara. Penyalurannya akan dipantau oleh BPH Migas.
"Kita sudah atur dalam neraca antara kebutuhan nasional, kemudian kapasitas produksi kilang kita yang untuk solar, dan kapasitas untuk FAME. Jadi pasti akan terserap semuanya," tegas Bahlil.
Dalam data Kementerian ESDM, total ada 24 BU BBN yang akan menyalurkan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebesar 15,6 juta KL kepada 28 BU BBM sepanjang tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menjelaskan porsi penyaluran biodiesel PSO dan non PSO akan diterapkan dengan proporsional.
"Dari 24 BU BBN itu mengirimnya ke beberapa tempat, tidak cuma 1 atau 2, yang mana dia harus mendapatkan alokasi porsinya yang sama. Jadi 7,55 juta KL itu adalah PSO 48 persen, dan 52 persen itu harus disalurkan ke non PSO," jelas Eniya.
Namun demikian, dia menegaskan baik itu alokasi PSO maupun non PSO, harus dibeli dengan Harga Indeks Pasar (HIP) Biodiesel dan tidak boleh membanting harga.
"Kita membagi itu rada rumit karena ada kapasitasnya, ada lokasinya, ada ongkos angkutnya, kita optimalkan di situ, dan juga alokasi Solar berapa kan juga harus pasti. Tidak hanya di satu tempat karena ada yang dikurangi proporsional tadi antara 48 persen sama 52 persen," tandas Eniya.
ADVERTISEMENT