Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Badai PHK di Perusahaan Teknologi Kakap Belum Usai: Twitter hingga Google
21 Januari 2023 8:19 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Badai pemutusan hubungan kerja atau PHK di perusahaan teknologi yang terjadi sepanjang tahun 2022 lalu belum usai. Terbaru, perusahaan raksasa Microsoft dan induk perusahaan Google , Alphabet, melakukan PHK ribuan karyawannya.
ADVERTISEMENT
Alphabet mengatakan akan memangkas 6 persen karyawannya. Jumlah ini setara dengan 12.000 karyawan . Hal itu disampaikan dalam pernyataan tertulis di laman Google, Jumat (20/1). Pernyataan tersebut ditulis langsung oleh CEO Google dan Alphabet, Sundar Pichai.
Ia mengatakan bahwa selama pandemi, Google berekspansi terlalu cepat dan bisnis yang mereka kembangkan berbeda dengan bisnis yang sedang mereka hadapi sekarang. Selama dua tahun terakhir, pihaknya melihat periode pertumbuhan yang dramatis.
"Untuk mencocokkan dan mendorong pertumbuhan itu, kami merekrut untuk realitas ekonomi yang berbeda dari yang kami hadapi saat ini," Sundar Pichai.
Sementara, perusahaan raksasa Microsoft bakal merumahkan 11.000 pekerjanya. Jumlah ini setara 5 persen dari total pekerja. Manajemen mengatakan pemangkasan pekerja dilakukan karena perusahaan menyesuaikan kondisi ekonomi makro yang saat ini tidak pasti.
ADVERTISEMENT
Soal PHK ini membuat rasa penasaran Klaus Schwab. Pendiri World Economic Forum (WEF) itu bertanya langsung kepada CEO Microsoft, Satya Nadella di salah satu agenda WEF Annual Meeting 2023, Davos, Swiss.
Klaus tidak menanyakan secara spesifik Microsoft akan PHK 11.000 karyawan, tapi meminta pandangan Satya soal arti PHK di sektor industri teknologi dan apa yang terjadi.
Satya langsung menjawab pertanyaan Klaus. Dia bilang perusahaan tidak kebal terhadap ekonomi global yang saat ini sedang lemah.
"Tidak ada yang bisa menentang gravitasi dan gravitasi di sini adalah pertumbuhan ekonomi yang disesuaikan dengan inflasi,” katanya.
Gelombang PHK 2022
Selain dua perusahaan itu, pada 2022 lalu setidaknya ada 10 perusahaan teknologi global yang melakukan PHK terhadap karyawannya.
ADVERTISEMENT
Meta yang merupakan induk usaha Facebook memecat 11.000 orang atau 13 persen dari total karyawannya. Sebelum Meta, Twitter lebih dulu PHK karyawan. Ada 3.700 orang yang kehilangan pekerjaan setelah Elon Musk membeli saham mayoritas Twitter USD 44 miliar akhir Oktober 2022 lalu.
Kemudian, perusahaan Lyft mengumumkan pada November 2022 telah PHK 700 karyawan atau sekitar 13 persen dari total pekerjanya. Pada bulan yang sama, perusahaan pembayaran digital, Stripe, PHK 14 persen karyawannya atu sekitar 1.100 karyawan.
Pada Juni 2022, Coinbase mengumumkan PHK 18 persen dari pekerjaan penuh waktu, yang berarti pengurangan karyawan sekitar 1.100 orang. Sebulan setelahnya, Shopify mengumumkan telah memberhentikan 1.000 pekerja. Jumlah ini setara dengan 10 persen dari karyawan globalnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Netflix tercatat melakukan PHK dua kali pada 2022 lalu. Pertama, pada Mei 2022 ada 150 orang diberhentikan setelah perusahaan melaporkan adanya penurunan jumlah pelanggan yang tajam untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Pengumuman PHK kedua dilakukan sebulan setelahnya. Ada 300 orang yang di-PHK. Lagi-lagi karena pendapatan mereka anjlok dibarengi dengan saham merosot 58 persen tahun 2022.
Pada Oktober 2022, Microsoft mengkonfirmasi telah PHK 1 persen atau nyaris 1.000 karyawannya. Sementara pada akhir Agustus 2022, Snap mengumumkan telah memberhentikan 20 persen dari tenaga kerjanya, setara dengan lebih dari 1.000 karyawan.
Berikutnya, ada perusahaan pialang ritel Robinhood memangkas 23 persen stafnya pada Agustus 2022. Kemudian pada November 2022, perusahaan fintech Chime PHK 12 persen karyawannya atau sekitar 160 orang.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ada perusahaan milik Elon Musk, Tesla yang juga PHK 10 persen karyawannya pada Juni 2022 lalu.
"Tesla akan mengurangi jumlah pegawai yang digaji sebesar 10 persen karena kami telah kelebihan staf di banyak bidang," tulis Musk.