Badai PHK di Startup Masih Berlanjut, Pekan Ini Ada OYO hingga Sayurbox

11 Desember 2022 9:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu properti OYO di Sleman, Yogyakarta Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu properti OYO di Sleman, Yogyakarta Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Gelombang pemutusan hubungan kerja atau PHK startup masih berlanjut. Beberapa startup seperti OYO, Sayurbox, dan Glints memangkas karyawannya pada pekan ini.
ADVERTISEMENT
Rinciannya, OYO telah memberhentikan 600 pekerja mereka di kantor pusatnya di India. Kemudian, startup yang bergerak di bidang e-grocery, PT Kreasi Nostra Mandiri dan afiliasinya atau disebut sebagai Sayurbox, melakukan PHK terhadap 5 persen karyawannya.

OYO Berhentikan 600 Pekerja di India

Dikutip dari Reuters, Selasa (6/12), startup teknologi yang mendapat pendanaan dari Softbank itu memangkas karyawan khususnya dari divisi perusahaan dan teknologi. Jumlah pekerja yang di-PHK hampir 10 persen dari keseluruhan karyawan yang sebanyak 3.700 orang.
"OYO Hotels and Homes Pvt Ltd memangkas 600 pekerjaan di departemen perusahaan dan teknologinya," tulis Reuters.
Sebagai konsekuensi pengurangan pekerja ini, OYO menggabungkan tim produk dan teknologi mereka.
“Kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk memastikan bahwa sebagian besar orang yang harus kami keluarkan (PHK), mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan,” kata Chief Executive Officer OYO Ritesh Agarwal.
ADVERTISEMENT

Sayurbox Efisiensi Karyawan 5 Persen

Produk Sayurbox. Foto: Sayurbox
Co-Founder and Chief Executive Officer Sayurbox Amanda Susanti mengaku dengan berat hati harus melakukan PHK sebesar 5 persen dari total keseluruhan organisasi pada hari Selasa (6/12). Untuk itu, pihaknya meminta maaf terhadap karyawan yang terkena dampak efisiensi ini.
"Sehubungan dengan berita perihal efisiensi karyawan, dengan ini kami informasikan bahwa pada tanggal 6 Desember 2022 Sayurbox dengan berat hati harus membuat keputusan untuk melakukan efisiensi karyawan sebesar 5 persen dari total keseluruhan organisasi," ujar Amanda kepada kumparan, Rabu (7/12).
"Terkait hal ini, manajemen Sayurbox menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada karyawan yang terkena dampak efisiensi ini," lanjut dia.
Menurut Amanda, efisiensi karyawan ini merupakan bagian dari langkah Sayurbox untuk menjadi perusahaan yang mandiri secara finansial dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang di tengah tantangan makro ekonomi global. Untuk itu, langkah efisiensi karyawan ini merupakan keputusan sulit yang tak bisa dihindari oleh perusahaan.
ADVERTISEMENT
"Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan, sehingga terus memberikan dampak positif bagi para konsumen, mitra pengemudi serta ribuan petani dan produsen lokal yang bekerja sama dengan kami dan supaya bisnis bisa sustainable dalam jangka panjang," katanya.
Meski demikian, Sayurbox memastikan bahwa karyawan yang terkena dampak efisiensi akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Sayurbox juga memberikan sejumlah program pendampingan yang dapat membantu karyawan yang terdampak untuk mendapatkan kesempatan dalam mencari pekerjaan baru, yaitu dengan menyediakan akses ke platform pencarian pekerjaan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki lowongan pekerjaan.

Glints PHK 18 Persen Karyawan

Co-Founder and CEO Glints, Oswald Yeo mengungkapkan, kebijakan ini diambil akibat perubahan drastis pada pasar selama enam bulan terakhir. Hal ini turut berdampak langsung pada bisnis Glints dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan bisnis secara keseluruhan dalam jangka pendek.
Ilustrasi Glints Best Employer Awards 2022. Foto: Glints
Berdasarkan data dari Tech in Asia, jumlah PHK 18 persen itu berdampak kepada 198 karyawan Glints, dari total 1.100 karyawan.
ADVERTISEMENT
"Dengan ketidakpastian pasar, konsumen menghabiskan lebih sedikit dan bisnis yang melayani konsumen ini juga terpengaruh," imbuh Oswald dikutip kumparan, Kamis (8/12).
Menurutnya, perusahaan dihadapkan pada dua kebenaran yang sulit. Pertama, perusahaan tidak tahu kapan perlambatan pasar akan berakhir dan bagaimana hasilnya. Kedua, akan ada perlambatan lanjutan dalam perekrutan karena pemulihan ekonomi global tidak pasti.
Co-Founder and CEO Glints Oswald Yeo mengungkapkan, kebijakan ini diambil akibat perubahan drastis pada pasar selama enam bulan terakhir. Hal ini turut berdampak langsung pada bisnis Glints dan menyebabkan perlambatan pertumbuhan bisnis secara keseluruhan dalam jangka pendek.
"Dengan ketidakpastian pasar, konsumen menghabiskan lebih sedikit dan bisnis yang melayani konsumen ini juga terpengaruh," tutur Oswald dikutip kumparan, Kamis (8/12).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perusahaan dihadapkan pada dua kebenaran yang sulit. Pertama, perusahaan tidak tahu kapan perlambatan pasar akan berakhir dan bagaimana hasilnya. Kedua, akan ada perlambatan lanjutan dalam perekrutan karena pemulihan ekonomi global tidak pasti.