Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Bahlil Akan Bertemu Menteri ESDM Arab Saudi, Bahas Kerja Sama Mineral Kritis
15 April 2025 12:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana pertemuan bilateral dengan Menteri ESDM Arab Saudi yang dijadwalkan berlangsung pada pekan ini. Pertemuan itu membahas berbagai bentuk kerja sama strategis antara Indonesia dan Arab Saudi, termasuk sektor mineral kritis.
ADVERTISEMENT
"Ya memang ada agenda, Menteri ESDM-nya Arab Saudi itu ketemu sama saya minggu-minggu ini, tapi tanggalnya saya lupa" kata Bahlil di JCC Senayan, Selasa (15/4).
Bahlil menjelaskan, pertemuan tersebut merupakan bagian dari langkah diplomasi ekonomi Indonesia yang mengedepankan prinsip saling menguntungkan. Dalam pertemuan itu, kedua negara akan membahas kebutuhan masing-masing, termasuk potensi pengembangan dan hilirisasi tambang mineral kritis di Indonesia.
Menurut Bahlil, kerja sama ini akan dibangun berdasarkan asas ekonomi dan politik bebas aktif, yang memungkinkan Indonesia terbuka terhadap kemitraan dengan berbagai negara selama kerja sama tersebut saling menguntungkan.
"Negara siapa pun yang mau melakukan kerja sama dengan Indonesia, Monggo, termasuk Amerika, China, Arab, Korea, Monggo. Selama saling menguntungkan, mereka untung, kita untung. Mereka senang, kita senang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bahlil juga menegaskan seluruh kebijakan strategis kini berada dalam koordinasi langsung dengan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
“Konsultasi kami kepada Bapak Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Mas Gibran. Menteri ini sekarang semuanya dibawa perintah dari Bapak Presiden Prabowo,” kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil turut menanggapi persoalan perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat, khususnya terkait neraca dagang dan rencana menambah impor energi dari Negeri Paman Sam sebagai solusi untuk menyeimbangkan neraca tersebut. Menurutnya, usulan dari sektor ESDM adalah menambah impor minyak dan LPG dari Amerika, dengan nilai mencapai lebih dari USD 10 miliar.
“Kalau ini aja kita geser, maka defisit neraca perdagangan kita dengan Amerika itu tidak akan terjadi lagi. Neraca kita balance. Ini yang kita akan lakukan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Namun, ia menegaskan langkah tersebut tidak ada kaitannya dengan kerja sama mineral kritis. “Jadi nggak ada kaitannya dengan critical mineral, dengan perang tarif ini. Bahwa kemudian ada komunikasi bila terang mereka butuh critical mineral kita, monggo kita terbuka. Kita sangat terbuka dan senang,” tegas Bahlil.
Lebih lanjut, Bahlil juga menjawab soal proyeksi impor LPG dan proyek pembangunan DME (dimethyl ether) yang masih berjalan. Menurutnya, konsumsi LPG domestik yang terus meningkat membuat impor tetap diperlukan meski proyek substitusi energi terus dikembangkan.
Pembangunan proyek DME, menurut Bahlil, ditargetkan mulai pada Agustus-September 2025. Sementara itu, sebagian persiapannya akan dimulai lebih awal pada Januari mendatang.
“Nggak apa-apa dong, konsumsi kita kan naik terus. Konsumsi kita setiap tahun kan naik terus tentang LPG,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT