Bahlil Ingin Rencana Penyediaan Tenaga Listrik 2025-2034 Terbit Pekan Depan

17 Januari 2025 19:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjawab pertanyaan wartawan saat dijumpai di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (16/1/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjawab pertanyaan wartawan saat dijumpai di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (16/1/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru untuk periode 2025-2034 akan diterbitkan pekan depan.
ADVERTISEMENT
Bahlil sebelumnya sudah mengadakan rapat bersama Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani pekan sebelumnya, membahas progres RUPTL 2025-2034.
"(RUPTL terbit) belum, satu minggu lagi. Banyak macamnya dari panas bumi, dari angin, dari matahari, dari gas," ungkapnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (17/1).
Sebelumnya, Bahlil mengatakan dalam rapat internal dengan Erick Thohir dan Sri Mulyani, PLN mensosialisasikan RUPTL paling hijau karena mayoritas dipenuhi dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), yakni 70 persen dari total penyediaan listrik.
"Kita lakukan sebagai bentuk komitmen dari pemerintah Indonesia dalam rangka transisi energi dan strategi untuk menurunkan emisi rumah kaca," ungkapnya saat ditemui awak media, Rabu (15/1).
Bahlil menyebutkan, penyediaan tenaga listrik hingga tahun 2034 mencapai 70 gigawatt (GW), untuk bisa mendukung target pertumbuhan ekonomi 8 persen di masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi gardu listrik PLN. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Selain terkait penyediaan listrik, lanjut dia, rapat tersebut juga membahas terkait pembangunan jaringan transmisi dan distribusi listrik sepanjang 48.000 km, yang bisa mengalirkan listrik hijau. Total pendanaannya bisa mencapai Rp 400 triliun.
Bahlil mengungkapkan, pendanaan untuk pembangkit maupun jaringan transmisi tersebut sebagian besar akan dipenuhi dari dalam negeri, bukan dari kas negara, namun dari kerja sama dengan pembangkit swasta (IPP).
"Kalau untuk jaringannya sendiri, itu butuh kurang lebih sekitar Rp 400 triliun lebih ya. Kalau untuk power plant-nya, itu sekitar Rp 600 sampai 700 triliun," ungkap Bahlil.
Sebelumnya, dalam unggahan akun Instagram @erickthohir, Erick menyebutkan rapat yang dilaksanakan di Kantor Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (14/1) sore itu untuk memastikan progres revisi RUPTL.
ADVERTISEMENT
"Rapat bersama Menteri ESDM, Pak Bahlil Lahadalia dan Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani. Kami bermaksud untuk memastikan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034," ujar Erick, dikutip Selasa (14/1).
Erick mengatakan, dalam RUPTL terbaru nantinya, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas tenaga listrik sebesar 71 gigawatt (GW), dengan 70 persen berasal dari EBT.
"Ini merupakan komitmen pemerintah untuk memastikan transisi energi yang lebih ramah lingkungan, baru, dan terbarukan untuk generasi yang akan datang," pungkasnya.