Bahlil Jelaskan Dampak Melemahnya Rupiah terhadap Dolar di Sektor ESDM

19 Desember 2024 14:26 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Kantor BPH Migas, Jakarta, Kamis (19/12/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Kantor BPH Migas, Jakarta, Kamis (19/12/2024). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan dampak melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan berimbas pada impor BBM termasuk LPG.
ADVERTISEMENT
Kata Bahlil, impor BBM termasuk LPG dalam kurun 1 tahun membutuhkan uang sekitar Rp 500 hingga Rp 550 triliun dan bakal tertekan jika rupiah terus mengalami pelemahan.
"(Alasannya) kita ini mengimpor BBM kita termasuk LPG satu tahun, itu membutuhkan uang sekitar Rp 500 triliun sampai Rp 550 triliun devisa kita keluar," kata Bahlil kepada wartawan di Kantor Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Jakarta, Kamis (19/12).
Bahlil menyebut, di sektor ESDM salah satu perusahaan yang membutuhkan Dolar AS paling banyak, ialah Pertamina. Ketidakpastian ekonomi global juga akan mempengaruhi pelemahan rupiah.
Petugas pangkalan di Aceh saat menurunkan gas LPG 3 Kg. Foto: Dok. Istimewa
Terkait urusan bisnis pelaku usaha yang bergerak di bidang tambang, Bahlil menuturkan sparepart untuk kebutuhan perusahaan tambang pun ikut terdampak buntut melemahnya rupiah.
ADVERTISEMENT
"Nah terkait dengan urusan bisnis teman-teman ditambang karena sparepart-nya kan harganya dolar pasti akan berdampak. Tapi kita lihat mudah-mudahan mampu di-manage dengan baik oleh pelaku usaha," ungkap Bahlil.
Lebih lanjut, saat ini Bahlil di Kementerian ESDM berfokus mengurangi impor agar kebutuhan nasional di sektor energi tak terlalu bergantung banyak kepada dolar AS.
"Nah sekarang tugas kita itu adalah bagaimana mengurangi impor agar kemudian kebutuhan kita terhadap dolar tidak terlalu banyak. Naik atau turunnya sebuah nilai mata uang itu kan tergantung hukum permintaan sebenarnya," imbuh dia.