Bahlil: Kita Insaf Bertahap Cari Investasi Tak Perhatikan Lingkungan

25 September 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
 Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan dunia semakin sadar terhadap ketahanan lingkungan dengan meningkatkan investasi yang berorientasi energi hijau yang ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Bahlil menuturkan, pemerintah memastikan komitmen membangun industri yang berorientasi pada energi baru terbarukan (EBT), mengikuti tren global yang sudah fokus pada ekonomi berkelanjutan.
Pasalnya, menurut dia, hampir seluruh negara di dunia sekarang sudah berbicara tentang energi hijau dan produk hijau. Contohnya, akselerasi penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Hal ini merupakan bukti masyarakat internasional sudah mulai semakin sadar transisi energi terbarukan.
"Dalam konteks investasi industri dan pertumbuhan ekonomi, dunia, bahkan Indonesia, sudah mulai insaf bertahap. Saya katakan insaf bertahap," tegasnya saat kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu (25/9).
Bahlil menegaskan, sejauh ini pengembangan industri di seluruh dunia cenderung tidak memperhatikan keberlanjutan. Namun, setelah ada komitmen menuju Net Zero Emission, negara mulai berlomba-lomba mengurangi emisi gas rumah kaca.
ADVERTISEMENT
"Kenapa? Karena kita dulunya masih berpikir tentang mencari uang cepat, tanpa memperhatikan proses-proses lingkungan dengan baik. Nah, kalau itu masalahnya, kita kan net zero emission kan 2060," imbuhnya.
Dia mencatat Indonesia sudah menargetkan pemakaian listrik berbasis EBT mencapai 23 persen di tahun 2025. Namun, saat ini realisasinya baru sekitar 13 persen atau setara dengan defisit 8,1 gigawatt (GW) listrik EBT.
Di sisi lain, Bahlil mengungkapkan penyumbang polusi terbesar di Indonesia selain pembangkit listrik berbasis batu bara, yakni sektor transportasi di mana 49 persen kendaraan di Indonesia menggunakan BBM fosil.
"Jadi, luar biasa ini, pembangkit, kemudian mobil, motor, transportasi lain, kebakaran sebagian hutan, itu adalah akibat melahirkan polusi yang sangat berat," kata Bahlil.
ADVERTISEMENT
Bahlil melanjutkan, pengembangan industri sekarang harus melalui AMDAL berdasarkan proses uji kelayakan (feasibility study) yang baik, sehingga bisa lebih mudah mendapatkan pendanaan atau pinjaman.
Pasalnya, menurut dia, saat ini perbankan mulai membedakan pemberian kredit kepada nasabah industri. Industri yang berorientasi pada energi hijau menjadi salah satu syarat kolateral.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bahlil mengatakan pemerintah kini sudah membuat peraturan agar industri mengutamakan pemakaian pembangkit EBT sebagai sumber energinya. Misalnya, untuk fasilitas pengolahan mineral alias smelter.
"Terus, apa yang harus pemerintah lakukan? Pertama, akan pemerintah membuat peraturan untuk energi baru terbarukan dalam pemakaian terhadap industri-industri berlahan-lahan, bertahap, kita sudah melakukan," tandasnya.