Bahlil Lahadalia Tegaskan RI Akan Setop Ekspor Bauksit dan Timah di Tahun 2022

18 Mei 2022 16:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biji timah di pabrik PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Foto: PT Timah
zoom-in-whitePerbesar
Biji timah di pabrik PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Foto: PT Timah
ADVERTISEMENT
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, mengungkapkan kelanjutan rencana pemerintah menyetop ekspor bahan mentah atau raw material. Tahun ini, giliran bauksit dan timah yang akan disetop.
ADVERTISEMENT
Bahlil mengatakan, hal ini sebagai upaya konkret pemerintah berdasarkan instruksi Presiden Jokowi untuk mengembangkan industri hilirisasi dan industri berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang ramah lingkungan.
"Kami dari Kementerian Investasi menerjemahkan dengan transformasi ekonomi lewat hilirisasi dengan pendekatan pengelolaan sumber daya alam. Nikel, kita setop. Bauksit sebentar lagi kita akan setop. Di 2022 bauksit akan kita setop dan di 2022 akhir kita juga akan setop ekspor timah," ujarnya saat Road to G20 Investment Forum, Rabu (18/5).
Dia melanjutkan, keberanian Indonesia menyetop ekspor bijih nikel sempat diprotes Eropa. Namun, Bahlil menegaskan pelarangan ekspor bahan mentah merupakan upaya memajukan bangsa walaupun banyak pengusaha dalam negeri dirugikan.
Dengan langkah tersebut, kata Bahlil, ekspor hilirisasi nikel menjadi stainless steel Indonesia menghasilkan nilai tambah. Nilai ekspornya melesat dari USD 2 miliar pada tahun 2020, menjadi USD 20 miliar pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
"Defisit neraca perdagangan kita dengan China itu tidak lebih dari USD 2 miliar. Di tahun 2022 pasti akan terjadi surplus dengan China dan kontribusi kita dari hilirisasi nikel," lanjutnya.
Bahlil mengatakan, bijih nikel juga menjadi satu komoditas unggulan dunia karena dibutuhkan untuk membangun baterai mobil listrik. Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu sumber nikel terbesar di dunia, dengan 25 persen dari total cadangan dunia.
Adapun untuk membangun baterai mobil listrik, dibutuhkan empat komponen yaitu nikel, kobalt, mangan, dan litium. Bahlil menyatakan, komponen yang tidak dimiliki Indonesia hanya lithium.
"Kobalt kita punya, mangan kita punya, nikel punya, dan saya pastikan kita jauh lebih murah cost production-nya. Jadi sangatlah rugi bagi teman-teman investor yang ingin mengembangkan ekosistem baterai mobil tidak investasi di Indonesia," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Dengan sumber daya mineral yang melimpah ini, Bahlil menuturkan sudah banyak perusahaan besar dunia berminat berinvestasi untuk pabrik baterai dan mobil listrik. Misal CATL, LG, VW, Foxconn hingga Tesla.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat Penandatanganan MoU dengan Menteri PPN/Bappenas di Jakarta, Jumat (1/4/2022). Foto: Humas BKPM
Perusahaan mobil listrik asal China CATL sudah berinvestasi sebesar USD 5,2 miliar. Lalu perusahaan asal Korea Selatan LG sebesar USD 9,8 miliar. Kedua perusahaan tersebut sudah lebih dulu menanamkan modalnya di industri hilirisasi nikel Indonesia.
"Begitu terjadi antara Cina dan Korea, Eropa enggak mau kalah, kita bikin agitasi. Saya datang ke Jerman, VW sama BSF akan masuk ke Indonesia, termasuk Inggris akan bekerja sama dengan salah satu perusahaan Bakrie Group," tutur Bahlil.
Dia melanjutkan, Tesla baru-baru ini sudah menyatakan minatnya berinvestasi ke Indonesia, setelah diundang langsung oleh Presiden Jokowi dan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan. Perusahaan elektronik multinasional Foxconn juga disebut akan memasukkan investasi ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Foxconn akan masuk ke 3 hal, yaitu mobilnya, ekosistem baterainya, kemudian dia membangun chip untuk telekomunikasi, itu bangunnya di Batang," imbuh Bahlil.
Selain itu, kata Bahlil, perusahaan mobil asal Korea Selatan Hyundai sudah menanamkan modal di Indonesia, nilai investasinya mencapai USD 1,6 miliar. "Kalau Foxconn masuk kemudian Tesla masuk, maka kita salah satu pelopor untuk membangun ekosistem baik mobilnya maupun baterai mobil," tambahnya.