Bahlil: Proyek Baterai RI-China di Halmahera Timur Groundbreaking Januari 2024

7 Desember 2023 15:34 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) Gen 2 terpasang di area stasiun pengisian daya untuk baterai kendaraan listrik Central Parkir ITDC Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (2/10/2023). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) Gen 2 terpasang di area stasiun pengisian daya untuk baterai kendaraan listrik Central Parkir ITDC Nusa Dua, Badung, Bali, Senin (2/10/2023). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, memastikan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik, kerja sama Indonesia dan China di Halmahera Timur, akan mulai groundbreaking di Januari 2024.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Bahlil dengan pihak Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) di China awal Desember 2023 lalu.
Adapun proyek grand package baterai kendaraan listrik yang digarap konsorsium LG dan konsorsium BUMN Indonesia sempat tertunda setelah diterbitkannya aturan Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat yang mempengaruhi rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik dunia.
Mega proyek senilai USD 9,8 miliar atau Rp 142 triliun ini merupakan proyek kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC, yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam dan IBC.
"Saya ke China itu memastikan investasi ekosistem baterai mobil, CATL dan mereka sudah mau melakukan groundbreaking di Januari," ungkapnya saat ditemui di Balai Kartini Jakarta, Kamis (7/12).
ADVERTISEMENT
Selain itu, agendanya di China juga untuk memastikan kantor perwakilan diresmikan dan bertemu dengan beberapa investor yang akan melakukan investasi di Indonesia.
Bahlil menuturkan, groundbreaking ini merupakan kelanjutan pengembangan ekosistem baterai di hulu, setelah hilirnya sudah dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai di Karawang dengan total investasi sebesar USD 1,1 miliar.
Pabrik tersebut akan memproduksi secara komersial sel baterai sebanyak 10 GWh pada April 2024. Menurut Bahlil, progres pembahasan kerja sama tersebut berjalan dengan baik.
Sebelumnya, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) atau Antam siap meneken pembentukan joint venture (JV) proyek ekosistem baterai kendaraan listrik bersama perusahaan asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), di Desember 2023.
Direktur Pengembangan Usaha Antam, I Dewa Wirantaya menjelaskan, skema kerja sama proyek kendaraan listrik dari hulu ke hilir tersebut. Di sektor hilir (downstream), Antam akan bekerja sama dengan anak perusahaan BUMN, Indonesia Battery Corporation (IBC).
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menghadiri acara Marketing Investasi Indonesia (MII) di Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Kamis (29/11). Foto: Dok. BKPM
Dalam hal ini, Antam dan IBC menggandeng anak usaha CATL yakni Hong Kong CBL Limited (HKCBL).
ADVERTISEMENT
"Untuk di downstream sendiri, Antam masuk melalui korporasi IBC, dan IBC dengan CBL akan berpartner di downstream," jelasnya saat Public Expose Live 2023, Kamis (30/11).
Kemudian skema kerja sama di hulu (upstream) alias pertambangan nikel, lanjut dia, Antam sebagai pemilik Izin Usaha Pertambangan (IUP) di kawasan Buli, Halmahera Timur merupakan mayoritas melalui anak usaha PT Sumberdaya Arindo (SDA).
Lalu di midstream, Antam juga ambil bagian sebagai minoritas dalam pengembangan fasilitas pengolahan mineral (smelter) Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High-Pressure Acid Leach (HPAL).
"Kami saat ini sedang menyelesaikan conditional precedence untuk melakukan JV sign, dan kita harapkan di Desember ini dilakukan JV sign kemudian closing transaksi dari seluruh JV yang ada," ungkap Dewa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kerja sama ini juga mencakup pembangunan pabrik material baterai, pabrik baterai, dan pabrik daur ulang baterai. Mega proyek tersebut diestimasikan membutuhkan capital expenditure (capex) hingga USD 6 miliar atau sekitar Rp 93 triliun (kurs Rp 15.500).
"Ini adalah proyek integrasi dari hulu ke hilir, tentunya butuh penyerapan modal yang sangat besar. Mungkin estimasi capex antara USD 4-6 miliar di luar fasilitas infrastruktur dari power plant supply," tuturnya.