Bahlil: Saat Ini Kita Menghadapi Masa Krusial Ekonomi, Tidak Bisa Diprediksi

2 Oktober 2022 18:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, memberikan orasi ilmiah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay, Jayapura, Sabtu (10/9/2022). Foto: Kementerian Investasi/BKPM
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, memberikan orasi ilmiah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Port Numbay, Jayapura, Sabtu (10/9/2022). Foto: Kementerian Investasi/BKPM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini ekonomi tengah menghadapi masa krusial global. Hal tersebut merupakan imbas dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang tidak pernah diperkirakan pihak mana pun.
ADVERTISEMENT
Di mana berdasarkan survei Indikator yang melibatkan 1.200 responden yang dipilih acak dengan margin of error lebih kurang 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Dari survei tersebut, 30,9 respons menyebut ekonomi nasional buruk, dengan 5,3 persen menyebutkan sangat buruk.
“Ini masa yang krusial. Ekonomi global hari ini tidak ada yang bisa meramal, baik pakai teori ekonomi dengan pengalaman empiris maupun dengan ilmu langit,” sebutnya dalam paparan daring Evaluasi Publik atas Kinerja Pemerintah dalam Bidang Ekonomi dan Hukum dan Prospek Elektoral Jelang 2024 oleh Indikator, Minggu (10/2).
Paparan Evaluasi Publik atas Kinerja Pemerintah dalam Bidang Ekonomi dan Hukum dan Prospek Elektoral Jelang 2024 oleh Indikator, Minggu (2/10/2022). Foto: Nabil Jahja/kumparan
Bahlil juga mengatakan, keadaan ini merupakan imbas dari Dampak yang baru saja tampak terjadi di Inggris, di mana terjadi pemotongan pajak dan permintaan APBN disaat bersamaan, yang menunjukkan ketidakstabilan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Dan mata uang mereka turun serta dolar justru membubung tinggi," kata Bahlil.

Pengaruhi Ekonomi Nasional Terutama Migas

"Kita lihat krisis pangan dan energi sudah berdampak ke Indonesia. Lihat pengurangan subsidi dan naiknya BBM adalah karena persoalan naiknya BBM dari USD 63-70 per barel menjadi USD 100-104 per barel," jelas Bahlil.
Untuk itu, Indonesia harus bersiap menghadapi inflasi. Ia menekankan, tidak bisa semuanya diatasi hanya oleh pemerintah pusat, namun juga harus diantisipasi oleh pemerintah daerah.
“Apa sih yang menjadi masalah bangsa ini? Terutama bahan-bahan pokok. Ini memang salah satu persoalan yang kita harus selesaikan bersama-sama. Bapak Presiden dalam semua kesempatan selalu meminta kepada aparat, Bupati, Gubernur, Wali kota, harus segera mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
“Karena ini terjadi permintaan penawaran, inflasi terjadi karena supply and demand. Nah, ini yang harus jadi perhatian kita semua agar bagaimana kita lakukan langkah-langkah komprehensif yang terukur, agar urusan inflasi, urusan bahan pokok bisa kita selesaikan,” tambahnya.