Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Bahlil Sebut Freeport Ajukan Perpanjangan Ekspor Konsentrat
4 Desember 2024 17:45 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Smelter kedua PTFI tersebut diresmikan pada 23 September 2024 dengan nilai investasi Rp 56 triliun. Namun, belum sebulan beroperasi, smelter itu mengalami kebakaran di bagian Fasilitas Pemisahan Gas Bersih atau Gas Cleaning Plant.
"Sekarang di (smelter) Freeport lagi ada trouble dikit di (fasilitas) asam sulfatnya, kalau tidak salah ya. Lagi mengajukan proposal untuk ekspor konsentrat," ungkapnya saat Indonesia Mining Summit 2024, Rabu (4/12).
Bahlil meminta kejelasan PTFI sampai kapan proses perbaikan smelter pasca kebakaran, yang akhirnya menentukan seberapa lama perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga.
"Saya bilang, tunggu dulu, harus kita bicara jelas. Berapa lama ini kerjanya?" katanya.
Kendati begitu, dia berpendapat bahwa peristiwa kebakaran smelter PTFI jangan sampai menjadi alasan pemerintah melanjutkan kembali relaksasi ekspor mineral mentah.
ADVERTISEMENT
Ekspor mineral mentah, termasuk konsentrat tembaga, sejatinya dilarang sejak 10 Juni 2023 berdasarkan UU Minerba No 3 Tahun 2020. Namun, PTFI mendapatkan relaksasi ekspor hingga 31 Mei 2024 karena pembangunan smelter belum rampung.
Namun, PTFI menargetkan smelter tersebut baru bisa mencapai tahap produksi dengan kapasitas penuh di akhir tahun 2024. Pemerintah kemudian menyetujui perpanjangan ekspor dari 1 Juni 2024 sampai 31 Desember 2024.
"Jangan sampai ini dianggap nanti Freeport jadikan ini alasan untuk ekspor raw material terus, karena untung daripada smelter tidak terlalu banyak," tegas Bahlil.
Dikonfirmasi terkait hal tersebut, Direktur Utama PTFI Tony Wenas mengungkapkan smelter katoda tembaga yang terbakar itu baru akan mencapai produksi penuh di pertengahan 2025.
Tony berharap pemerintah memberikan PTFI fleksibilitas ekspor konsentrat tembaga hingga smelter itu pulih. Sebab pasca kebakaran, smelter tersebut berhenti beroperasi.
ADVERTISEMENT
"Ya karena kita kan smelternya terjadi kecelakaan kebakaran, sehingga memang harus berhenti dulu dan kita harus perbaiki dulu itu sehingga memang diperlukan fleksibilitas untuk bisa ekspor di tahun 2025 sampai dengan smelter itu beroperasi kembali," jelasnya.
Tony memperkirakan smelter itu baru bisa beroperasi 100 persen 6 bulan kemudian, alias pertengahan tahun 2025. Awalnya sebelum kebakaran, smelter itu ditargetkan beroperasi penuh di akhir Desember 2024.
"Ini kita lagi menghitung, tapi mungkin diperkirakan mungkin sekitar 6 bulan lah. (Pertengahan 2025) mudah-mudahan. Ini yang lagi kita hitung terus," ungkapnya.
Selain fleksibilitas ekspor di tahun depan, Tony juga berencana mengajukan permintaan tambahan kuota ekspor konsentrat tembaga di tahun 2024 kepada pemerintah.
"Lagi kita diskusikan dengan pemerintah tambahan kuota, bukan relaksasi, kita mengajukan tambahan kuota ekspor untuk tahun ini. Tahun 2024 yang tinggal sebulan lagi ini," tutur Tony.
ADVERTISEMENT