Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Bahlil Sebut RI Sudah Tidak Kelebihan Pasokan Listrik, Bakal Tambah Pembangkit
4 Februari 2025 11:31 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut Indonesia sudah tidak mengalami kelebihan pasokan (oversupply) listrik. Sehingga akan terus menambah pembangkit 71 gigawatt (GW) hingga 2034.
ADVERTISEMENT
Kelebihan pasokan listrik terjadi karena penambahan pasokan listrik tidak diimbangi dengan peningkatan permintaan listrik. Bahlil menilai saat ini pasokan dan permintaan listrik di dalam negeri sudah seimbang.
Bahlil mengatakan hal ini karena tren konsumsi listrik per kapita di Indonesia terus meningkat. Dalam catatan Kementerian ESDM, realisasi konsumsi listrik per kapita di tahun 2024 mencapai 1.411 Kwh per kapita, naik dari realisasi 2023 sebesar 1.337 Kwh per kapita.
Jika dibandingkan tahun 2019, Bahlil mengatakan lonjakannya cukup signifikan, yakni 1.084 Kwh per kapita di 2019, kemudian saat pandemi COVID-19 menerjang di 2020 sebesar 1.089 Kwh per kapita, di 2021 sebesar 1.123 Kwh per kapita, dan 2022 1.173 Kwh per kapita.
"Kalau di tahun 2021 itu terjadi defisit konsumsi listrik kita, dan karena itu, waktu itu terjadi oversupply antara listrik yang ada di PLN dengan permintaan. Tapi sekarang sudah balance," ungkap Bahlil saat konferensi pers capaian kinerja sektor ESDM 2024, dikutip pada Selasa (4/2).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pemerintah akan terus membangun pembangkit berdasarkan revisi Rancangan Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, yang akan menambah kapasitasnya sebesar 71 GW pada periode 2025-2034.
Saat ini, total kapasitas terpasang pembangkit di Indonesia mencapai 101 GW, dengan porsi pembangkit energi fosil 86 GW alias 85 persen, dan energi baru terbarukan (EBT) 15,1 GW atau 15 persen.
Bahlil mengatakan penambahan kapasitas pembangkit 71 GW untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 8 persen hingga tahun 2034 alias 10 tahun ke depan.
Dalam RUPTL terbaru yang tengah digodok, dari total 71 GW pembangkit itu ditargetkan 72 persen merupakan pembangkit EBT. Selain itu, pemerintah juga akan membangun transmisi listrik 48.000 kms.
"Investasi transmisi ini dibutuhkan uang kurang lebih sekitar Rp 400-450 triliun. Kalau ini mampu kita lakukan, maka saya yakinkan Insyaallah negara kita ini aman untuk melayani masyarakat dan industri dengan menyelepankan energi baru terbarukan," tutur Bahlil.
ADVERTISEMENT