Bahlil Siapkan Regulasi dan Insentif untuk Hidrogen: Lihat Potensi Market

15 April 2025 16:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024).
 Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat menghadiri acara kumparan Green Initiative Conference 2024 di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/9/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah mulai bersiap membangun ekosistem energi hidrogen di Indonesia. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah merancang regulasi sekaligus skema insentif untuk mendorong pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi baru.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, regulasi akan mulai disusun apabila ada indikasi kuat terhadap potensi pasar dan ketertarikan investor terhadap energi hidrogen. Pemerintah juga telah merilis peta jalan (roadmap) pengembangan hidrogen dan amonia sebagai bagian dari transisi energi.
“Kalau ditanya, bagaimana regulasinya? Memang selama ini kita bikin regulasi itu baru mobil listrik, belum hidrogen. Kalau sudah banyak, sudah bagus, dan kita lihat potensi market-nya sudah ada, maka pemerintah harus melakukan penyesuaian,” ujar Bahlil dalam acara Global Hydrogen Ecosystem Summit 2025 di JCC Senayan, Selasa (15/4).
Bahlil menjelaskan, insentif untuk investor akan diberikan secara bertahap, tergantung pada keseriusan dan realisasi investasi. Ia mencontohkan pendekatan serupa ketika Hyundai pertama kali membangun pabrik mobil listrik di Karawang.
ADVERTISEMENT
Mobil hidrogen Toyota Mirai. Foto: dok. Toyota
“Sama dengan dulu ketika Hyundai ingin membangun pabrik mobil listrik di Karawang, itu pertama kali. Saya pikir akan seperti itu juga, mobil hidrogen, tinggal kita lihat variabel mana yang pemerintah hadir untuk memberikan insentif agar feasible ketika dia melakukan investasi,” tuturnya.
Menurut Bahlil, hidrogen juga bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menekan impor BBM. Saat ini, konsumsi BBM di Indonesia mencapai sekitar 1,5 juta barel per hari, sementara lifting minyak nasional baru menyentuh angka 600.000 barel per hari.
Artinya, Indonesia masih harus menutup kekurangan dengan impor sebesar 900.000 hingga 1 juta barel per hari. Karena itu, pemerintah mendorong pemanfaatan energi alternatif seperti B40, baterai listrik, hingga hidrogen, terutama untuk transportasi jarak jauh, baik laut maupun darat.
ADVERTISEMENT
“Ini barang baru, karena kalau kita compare dengan mobil listrik, biaya hidrogennya memang masih mahal dan teknologinya kan ke sini-ke sini mudah-mudahan bisa kita mendapatkan yang lebih murah,” kata Bahlil.