Bahlil Target RI Produksi 100 GWh Baterai untuk Sejuta Mobil Listrik di 2027

15 Februari 2024 15:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menghadiri acara Marketing Investasi Indonesia (MII) di Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Kamis (29/11). Foto: Dok. BKPM
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menghadiri acara Marketing Investasi Indonesia (MII) di Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Kamis (29/11). Foto: Dok. BKPM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, menargetkan pada 2027 nanti Indonesia akan mampu memproduksi 100 gigawatt-hour (GWh) baterai listrik untuk kebutuhan satu juta lebih mobil listrik.
ADVERTISEMENT
Di lain sisi, Energy Shift Institute memperkirakan tahun ini Indonesia hanya akan memiliki 10 gigawatt-hour (GWh) atau kurang dari 0,4 persen kapasitas produksi baterai global yang mencapai 2.800 GWh.
"Tahu enggak bahwa di Asia Tenggara, kita itu pertama kali di Indonesia. Jangan lihat 10 giganya, 10 giga itu meng-cover berapa mobil? 170 ribu mobil. Sekarang ekspansi dibangun lagi untuk 20 giga di tahap kedua," kata Bahlil saat ditemui di Duren Tiga, Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan, Rabu (14/2).
Bahlil menilai bukan cuma soal besaran kapasitas produksi saja, tapi bagaimana Indonesia saat ini sudah memulai produksi baterai kendaraan listrik. Menurutnya produksi tersebut tidak mudah.
Bahlil menargetkan 10 gigawatt baterai listrik itu sudah berproduksi pada Maret nanti. Selanjutnya akan dimulai tahap kedua sebesar 20 gigawatt lagi yang akan dibangun oleh perusahaan CATL.
ADVERTISEMENT
"Jadi mungkin di 2027 akan terjadi kurang lebih sekitar 100 giga. 100 giga itu sama dengan 1.000.700 mobil. Produknya," tegas Bahlil.
Bahlil menegaskan ekspansi produksi baterai listrik benar-benar akan dimulai Maret nanti. Dia mengungkapkan Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang mampu melakukannya.
"Kita itu pertama di Asia tenggara, itu Indonesia. Jadi bangga terhadap negaramu. Jangan istitute institute (Energy Shift Institute), ngerti apa dia," pungkas Bahlil.
Sebelumnya, Energy Shift Institute memperkirakan tahun ini Indonesia hanya akan memiliki 10 gigawatt-hour (GWh) atau kurang dari 0,4 persen kapasitas produksi baterai global yang mencapai 2.800 GWh.
Di sisi lain, produksi nikel Indonesia diperkirakan akan terus mendominasi. Pada tahun 2023, produksi nikel Indonesia mencapai 49 persen dari total produksi global dan diperkirakan terus meningkat hingga 70 persen pada tahun 2040.
ADVERTISEMENT
"Dengan kapasitas global diperkirakan meningkat dua kali lipat menuju 2030, sangat jelas Indonesia tertinggal jauh di belakang, meski produksi nikelnya meningkat lebih dari delapan kali lipat sejak 2015," kata Managing Director Energy Shift Institute, Putra Adhiguna, melalui keterangan resmi Jumat (9/2).
Putra menyoroti pertumbuhan kapasitas produksi baterai dunia berlangsung lebih cepat dibandingkan permintaan. Dalam semester I tahun 2023, pabrik baterai di China secara rata-rata beroperasi kurang dari 45 persen kapasitas produksinya.
Seiring dengan terus dibangunnya kapasitas di China, ditambah dengan dorongan agresif dari Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk mengembangkan industri mereka, persaingan untuk investasi akan semakin ketat, meski dalam pasar yang terus tumbuh.