Bambang Susantono: Saya Tidak Khawatir tentang Pembangunan IKN

20 Oktober 2024 17:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Utusan Khusus Presiden untuk Kerja Sama Internasional dan Pembangunan IKN Bambang Susantono menjawab pertanyaan praktisi politik Gus Ipang dan Pemimpin Redaksi kumparan Arifin Asydhad dalam Program Info A1 kumparan di Jakarta, Minggu (20/10/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Utusan Khusus Presiden untuk Kerja Sama Internasional dan Pembangunan IKN Bambang Susantono menjawab pertanyaan praktisi politik Gus Ipang dan Pemimpin Redaksi kumparan Arifin Asydhad dalam Program Info A1 kumparan di Jakarta, Minggu (20/10/2024). Foto: Darryl Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Prabowo tak menyinggung IKN dalam pidatonya usai dilantik di Gedung MPR RI pada Minggu (20/10).
ADVERTISEMENT
Kendati tak disinggung oleh presiden ke-8 RI itu, nasib pembangunan IKN ke depan tak membuat Utusan Khusus Presiden untuk Kerja Sama Internasional Pembangunan IKN, Bambang Susantono, khawatir.
Keyakinan tersebut, kata mantan Kepala Otorita IKN itu, berangkat dari sudah masuknya anggaran negara untuk pembangunan ibu kota.
"Saya termasuk orang yang enggak khawatir tentang pembangunan IKN. Pertama kita ini kan pembayar pajak semua ya, sudah ada sekitar Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun uang APBN tertanam di sana," ujar Bambang dalam program Info A1 kumparan.
"Jadi harus kita optimalisasi apa pun yang akan terjadi terhadap IKN ini sebagai satu kota," tuturnya.
Nasib IKN ke depan, sambungnya, bergantung pada keputusan presiden terpilih. Bila Keputusan Presiden tentang ibu kota belum diteken, status jakarta sebagai ibu kota belum berubah.
ADVERTISEMENT
Bambang menyebut, pembangunan IKN sejak awal memang didesain bertahap. Sehingga bila ke depan eskalasi pembangunan infrastrukturnya menurun, tak berarti pembangunan ibu kota baru itu terhenti.
"Kenapa saya tidak gundah? Karena memang kalau melihat dari teori perkembangan kota apalagi ibu kota itu tidak linear. Jadi akan ada satu tahap di mana dia seolah stagnan, tetapi tahap itu dibutuhkan untuk membangun masyarakatnya," tuturnya.
Bambang menegaskan perencanaan pembangunan masyarakat IKN ini juga tak kalah penting dengan pembangunan infrastrukturnya. Dia mencontohkan ibu kota baru Myanmar, Naypyidaw. Kota ini punya infrastruktur lengkap, namun sepi penghuni.
"Naypyidaw, ibu kota Myanmar, itu kurang apa sih? Semua hotel bagus sudah ada, gedung-gedung pemerintah parlemen sudah ada, jalannya 20 lajur, lapangan terbang ada, golf ada, mal ada. Orangnya gak ada, gak keliatan ada orangnya, jadi tidak terjadi satu kehangatan ibu kota," tutur Bambang.
ADVERTISEMENT