Bamsoet Waspadai Cadangan Devisa RI Tergerus Akibat Bayar Utang dan Bunganya

16 Agustus 2022 10:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua MPR Bambang Soesatyo memimpin rapat pimpinan bersama bidang anggaran MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Foto:  ANTARA FOTO/Didik Setiawan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua MPR Bambang Soesatyo memimpin rapat pimpinan bersama bidang anggaran MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Didik Setiawan
ADVERTISEMENT
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo alias Bamsoet menyebut pemerintah perlu mewaspadai pembayaran kupon dan utang jatuh tempo dapat berdampak kepada pengurangan cadangan devisa negara.
ADVERTISEMENT
Hal ini seiring dengan adanya potensi krisis global. Dia memaparkan tantangan yang harus dihadapi pemerintah di sektor fiskal adalah normalisasi defisit anggaran kurang dari 3 persen, menjaga proporsi utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dan keberlanjutan pembiayaan infrastruktur.
Sementara di segi moneter, tantangan terbesar adalah mengendalikan laju inflasi, menjaga cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Bamsoet mengatakan, penyusunan prioritas dan re-alokasi anggaran secara tepat diperlukan sebagai strategi jangka pendek dalam menghadapi potensi krisis global.
"Kebijakan burden sharing tidak hanya dengan moneter, tetapi juga dengan dunia usaha, dapat menjadi opsi dalam upaya pembiayaan ketidakpastian di masa mendatang," ujarnya dalam Sidang Tahunan MPR/DPR RI, Selasa (16/8).
Dia melanjutkan, selain strategi jangka pendek dalam menyusun anggaran negara, pemerintah juga perlu menyusun strategi jangka panjang, yakni perencanaan pembayaran utang setidaknya untuk 30 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Menurut Bamsoet, peningkatan utang yang signifikan menimbulkan beban pembayaran bunga tambahan. Hal ini pun harus dilakukan bersamaan dengan memastikan kondisi fiskal dan moneter tetap terjaga
"Di sisi lain, pembayaran kupon dan jatuh tempo utang pemerintah, akan berdampak pada pengurangan cadangan devisa," ungkapnya.
Dia pun memaparkan, berdasarkan data bulan Juli 2022, kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri Indonesia sebesar USD 21,6 miliar per bulan. Adapun posisi cadangan devisa Indonesia pada bulan Juli ini, masih senilai lebih dari dua kali lipat dari standar kecukupan internasional.