Bangun Jalan Tol di RI Bisa Habiskan hingga Rp 400 Miliar per Kilometer

26 Mei 2025 12:17 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Bangun Jalan Tol di RI Bisa Habiskan hingga Rp 400 Miliar per Kilometer
Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) mengungkap pembangunan jalan tol di Indonesia bisa menghabiskan hingga Rp 400 miliar per kilometer.
kumparanBISNIS
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Lampung, Lampung, Selasa (17/12/2024). Foto: Ardiansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Lampung, Lampung, Selasa (17/12/2024). Foto: Ardiansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) mengungkap berbagai tantangan dalam pembangunan jalan tanpa hambatan di Tanah Air. Salah satunya adalah persoalan biaya yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
Sekretaris ATI, Kris Ade Sudiyono, mengatakan biaya konstruksi pembangunan jalan tol di Indonesia nilainya bisa mencapai Rp 200 miliar hingga Rp 400 miliar per kilometer.
"Tergantung desainnya, landed atau elevated. Elevated biasanya semakin mahal," kata Kris Ade dalam RDPU Panja Standar Pelayanan Minimum (SPM) Jalan Tol di Komisi V DPR, Senayan, Jakarta, Senin (26/5).
Cukup tingginya biaya konstruksi, membuat konsesi yang diberikan kepada Badan Usaha Jalan Tol juga cukup lama, yakni 30-50 tahun. Sebab, masa pengembalian investasi juga akan berlangsung lama.
Menurut Kris, pada 5-10 tahun pertama (di luar masa konstruksi), periode tersebut akan memicu perusahaan mengalami kondisi defisiensi kas (cash deficiency) yang memerlukan tambahan ekuitas baru dari pemegang saham atau dari eksternal.
ADVERTISEMENT
"Karena pembiayaan jalan tol ini bersumber dari pemegang saham dan pinjaman komersial perbankan, periode pengembalian modal ini juga cukup panjang. Perjanjian kredit yang kami lakukan dengan perbankan berlaku antara 10-15 tahun tenornya," katanya.
Contra Flow di ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek. Foto: ANTARA/Risky Adrianto
Persoalan lainnya, dalam periode pengembalian tersebut kerap kondisi bisnis tidak sesuai dengan asumsi awal saat perencanaan. Misalnya risiko degradasi pengembalian (return fall) akibat inflasi.
"Selama periode pengembalian modal, baik untuk eksternal dari perbankan maupun pemegang saham, kami mengalami degradasi pengembalian atau return fall," katanya.
Penyebabnya adalah bisa karena arus kendaraan yang melintas tidak terpenuhi. Atau yang kedua adalah masalah tarif yang tidak sesuai nilai keekonomian.
Untuk mencapai dan mempertahankan tingkat pengembalian investasi yang disepakati dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT), tarif tol disesuaikan setiap dua tahun sekali mendasarkan tingkat inflasi.
ADVERTISEMENT
"Tapi ada opini di publik bahwa penyesuaian tarif untuk meningkatkan keuntungan. Sebenarnya bukan. Ini betul-betul adalah nilai uang atas investasi yang ditanamkan atas periode pengembalian modal 30-50 tahun," ujarnya.