Bangun Rumah Korban Gempa Lombok Butuh Waktu Setahun

21 Agustus 2018 17:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kementerian PUPR membangun rumah khusus bagi nelayan di NTB. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
zoom-in-whitePerbesar
Kementerian PUPR membangun rumah khusus bagi nelayan di NTB. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
ADVERTISEMENT
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan rehabilitasi dan rekonstruksi perumahan pascagempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dituntaskan dalam jangka waktu sekitar setahun ke depan.
ADVERTISEMENT
"Untuk rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga yang rusak akan selesai dalam waktu satu tahun," kata Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H. Sumadilaga dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, target tersebut berkaitan dengan teknologi yang digunakan yaitu Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) menggunakan sistem modular sehingga mudah dipasang dan lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan konstruksi rumah konvensional.
Selain itu, menurut dia, biayanya terjangkau, mudah dipindahkan, tahan gempa dan dapat dimodifikasi menjadi bangunan kantor, puskesmas, rumah sakit, sekolah, dan lainnya.
Beberapa ekor kambing berada di antara puing reruntuhan bangunan di Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Kab. Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Beberapa ekor kambing berada di antara puing reruntuhan bangunan di Dusun Wadon, Desa Kekait, Kecamatan Gunung Sari, Kab. Lombok Utara, NTB, Senin (6/8). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
"Dengan ukuran tipe 36 dan biaya tiap 1 meter persegi sekitar Rp1,5 juta maka biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 50 juta per unit rumah. Untuk komponen paling mahalnya yakni besi dan semen, akan dipasok oleh BUMN untuk memastikan harga pembangunannya sama. Kami pasti instruksikan untuk gunakan komponen dari dalam negeri," ujar Danis.
ADVERTISEMENT
Untuk rekonstruksi fasilitas publik, ia mengatakan telah memulai pembangunan pasar seperti di Pasar Tanjung dan Pemenang, agar roda aktifitas sosial ekonomi warga dapat segera berjalan kembali.
Dari hasil identifikasi sementara, lanjutnya, terdata 36.000 rumah dan sekitar 78 fasilitas publik rusak berat akibat gempa. Sementara itu untuk fasilitas pendidikan yang rusak, telah teridentifikasi lebih dari 500 sekolah rusak yang terdiri dari PAUD, SD, SMP, SMA/SMK dan sudah mulai dilakukan perbaikan di 43 sekolah.