Bank BUMN Mulai Antisipasi Rencana Kenaikan Suku Bunga Acuan BI

30 Maret 2022 19:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi Direksi Bank BUMN Himbara dengan Pemred. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi Direksi Bank BUMN Himbara dengan Pemred. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Sejumlah bank BUMN mulai antisipasi rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7 Day Repo Rate. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Sunarso pun meyakini suku bunga BI naik di tahun ini.
ADVERTISEMENT
"Mau tidak mau nunggu waktu dan tunggu kisarannya berapa, suku bunga pasti akan naik," ujar Sunarso saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (30/3).
Adapun saat ini, BI juga mulai menaikkan giro wajib minimum (GWM) sebagai normalisasi kebijakan likuiditas. "BI sudah menyedot likuiditas dengan meningkatkan giro wajib minimum, ini harus antisipasi," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi memprediksi, BI akan menaikkan suku bunga acuan di semester II tahun ini. Meski demikian, ia turut mengantisipasi kondisi global yang akan mempengaruhi aliran modal, utamanya terkait pendanaan di dalam negeri.
"Di semester II mungkin ada sinyal kenaikan suku bunga di rupiah. Kita antisipasi global mempengaruhi flow pendanaan di dalam negeri," kata Darmawan.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Royke Tumilaar juga menjelaskan ke depan era suku bunga akan naik. Meski demikian, ia memastikan pihaknya akan melihat kondisi nasabah sebelum merespons kenaikan suku bunga acuan BI ke suku bunga deposito dan kredit.
“Eranya sudah mau naik (suku bunga kredit), tetapi paling tidak, mungkin akan tetap, tidak akan turun” tambahnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam RDG Maret 2022 menegaskan, bank sentral hanya akan melihat faktor fundamental dalam mempertimbangkan inflasi untuk kenaikan suku bunga. Artinya, BI akan melihat pergerakan inflasi inti.
"Kenaikan inflasi akan sangat tergantung pada respons pemerintah dan yang kami lakukan terutama dalam hal administered price. Perlu saya tekankan, kebijakan moneter merespons kebijakan inflasi yang bersifat fundamental. Bukan yang bersifat inflasi terkait volatile atau administered price," tutur Perry saat RDG, Kamis (17/3).
ADVERTISEMENT