Bank DBS Anggap Peluang RI Resesi Kecil karena Ditopang Komoditas

13 Oktober 2022 15:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Senior Investment Strategist Bank DBS, Joanne Goh. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Senior Investment Strategist Bank DBS, Joanne Goh. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Bank DBS merespons ancaman resesi ekonomi global yang diperkirakan akan terjadi pada 2023. Senior Investment Strategist Bank DBS, Joanne Goh, mengatakan risiko Indonesia untuk resesi masih kecil meskipun inflasi dan suku bunga tinggi.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan Bank Indonesia memiliki peran yang besar dalam mengatur kebijakan moneter sehingga peluang resesi bisa ditekan.
“Peluang resesi Indonesia tidak akan tinggi, maksudnya slow down. Meskipun pada saat pandemi PDB berada di 4 persen, peluang resesi cukup rendah, juga ditopang oleh sektor komoditas,” ujar Joanne dalam CIO Insights 4Q22 virtual, Kamis (13/10).
Joanne mengungkapkan, sektor komoditas menjadi roda perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Indonesia mengalami commodity boom saat ini dengan sumber daya alam yang melimpah.
Mengutip laporan CIO Insights 4Q22, investasi asing berupa pertambangan dan produksi baterai meningkat, karena Indonesia kaya akan batu bara dan gas alam. Indonesia memiliki sekitar 1-2 persen total cadangan energi dunia.
Suasana gedung Marina Bay Financial Centre Tower 3 tempat kantor pusat DBS berlokasi di Singapura. Foto: REUTERS / Edgar Su
“Transisi energi menuju target net zero emission pada tahun 2050 mendorong permintaan bahan baterai seperti lithium, nikel, dan kobalt untuk kendaran listrik,” tertulis dalam laporannya.
ADVERTISEMENT
Tidak seperti saham Amerika Serikat (AS) yang melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik hampir 10 persen. Investor tertarik dengan pertumbuhan dan fundamental ekonomi Indonesia yang solid.
Dalam laporan tersebut, rupiah tetap anjlok melampaui Rp 15.000 per USD pada kuartal 4 2022. Rupiah tidak merespons kenaikan suku bunga dan pelemahan mata uang Yuan.
Ekonom Bank DBS melihat berbagai kebijakan berupa BI menaikkan suku bunga acuan 75 bps menjadi 4,25 persen, IHK berada di atas 2-4 persen sejak Juni, dan keputusan Presiden Jokowi menaikkan harga BBM pada awal September, menyeret pertumbuhan ekonomi tetap di posisi 5 persen tahun ini.
“Meski demikian, kami menganggap rupiah sebagai mata uang yang tangguh. Tahun depan, rupiah berada dalam posisi yang baik untuk pulih ketika kenaikan suku bunga The Fed berhenti dan tekanan mata uang Asia kecil,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT