Bank Digital Akan Semakin Menjamur, Kalah Bersaing Siap-siap Tumbang!

29 Oktober 2021 10:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi digital banking MNCA Bank. Foto: MNC Bank
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi digital banking MNCA Bank. Foto: MNC Bank
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank digital semakin marak di tengah pertumbuhan digitalisasi yang begitu pesat. Bank digital juga disebut-sebut sebagai bentuk bank yang relevan di masa depan. Meski demikian, bank digital juga tetap menghadapi kemungkinan gagal untuk berkembang.
ADVERTISEMENT
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, mengatakan kemungkinan kegagalan bank digital bukan karena digitalisasinya, namun karena tak mampu memenangkan kompetisi alias gagal bersaing dengan digital bank yang lain.
"Kegagalan berkompetisi karena pada akhirnya bisnisnya kan tetap bisnis bank," ujar Piter dalam Jago Bootcamp 2021 di Bali, Jumat (29/10).
Piter mengatakan, di masa depan masyarakat akan semakin akrab dengan dunia digital. Perilaku dan kebutuhan masyarakat juga akan bertransformasi ke arah digital.
Dalam titik tersebut maka bank juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan digital masyarakat. Bank yang gagal bersaing dalam melayani kebutuhan masyarakat inilah yang tidak akan bertahan.
Tabungan Digital Wokee+ Bank KB Bukopin dilengkapi Fitur QR Code. Foto: Bank KB Bukopin
"Semua bank akan menjadi bank digital. Tapi, tidak semua bank akan bertahan. Kegagalan bank digital di dalam mengembangkan produk yang bisa menyebabkan mereka kalah bersaing," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Piter, bentuk persaingan bank digital juga sangat berbeda dengan bank konvensional. Bank digital akan mengembangkan bisnis layanan digital dengan cara memperluas jaringan dan ekosistem digital. Berbeda dengan strategi bank konvensional yang mengandalkan pembukaan kantor cabang di berbagai daerah dan menyediakan mesin ATM di berbagai tempat.
Justru dalam era digital saat ini, keberadaan kantor cabang dan ATM dinilai akan menjadi beban bagi industri perbankan digital. Terlebih apabila kedua aset tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
"Aset itu menanggung beban. Misal punya kantor cabang ada lahan tanah, itu sudah bayar pajak dan biaya perawatan. Kalau tidak menghasilkan, itu jadi beban," ujarnya.