Bank Dunia Beri Pinjaman Rp 1,48 T untuk Tingkatkan Sektor Pertanian RI

10 September 2022 12:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Dunia memberikan pinjaman atau utang senilai USD 100 juta atau sekitar Rp 1,48 triliun (kurs Rp 14.830 per dolar AS) untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mengembangkan berbagai model yang mendukung rantai nilai pertanian berkelanjutan dan inklusif.
ADVERTISEMENT
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini memprioritaskan lima bidang utama untuk mendukung pengembangan sistem pangan, yaitu peningkatan produktivitas, diversifikasi, logistik, modernisasi pertanian, serta promosi ekspor.
"Kami juga mempercepat transformasi sektor pertanian dengan memperkuat teknologi dan pendekatan digital di bidang pertanian dan sistem pangan. Proyek ini akan mencakup semua aspek tersebut, dan membantu dalam membangun lebih banyak entitas perusahaan dalam usaha-usaha pertanian sehingga memungkinkan mereka untuk menjadi bisnis modern," ujar Syahrul dalam keterangan Bank Dunia, Sabtu (10/9).
Saat ini, sekitar 43 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah perdesaan dan hampir 29 persen tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian. Produksi pertanian primer menyumbang 13,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Perusahaan agribisnis, yang terdiri dari perusahaan yang bergerak di bidang sarana produksi, pengolahan, perdagangan, dan jasa logistik pertanian, serta usaha eceran dan grosir pangan mempekerjakan tenaga kerja dalam jumlah yang signifikan di sektor manufaktur dan jasa. Bank Dunia menilai, mereka memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan produk agro-industri yang terus meningkat, terutama di tengah ancaman kerawanan pangan.
Program Pengembangan Rantai Nilai Pertanian (ICARE) didesain untuk menghadirkan dukungan terpadu dan bersifat spesifik-lokasi dalam upaya mengembangkan model rantai nilai yang baik di kawasan pertanian terpilih. Tujuannya untuk membantu petani beradaptasi secara lebih baik terhadap perubahan iklim, serta mengurangi jejak karbon di beberapa rantai nilai terpilih.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen Foto: Dok. KLHK
Proyek ICARE juga bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan sektor publik maupun swasta untuk mewujudkan pertanian dan rantai nilai yang cerdas iklim di lokasi sasaran proyek. Aspek pembelajaran dan manajemen pengetahuan pada proyek ini memastikan bahwa model yang berhasil dikembangkan akan didokumentasikan dengan baik untuk mendukung replikasi dan perluasan cakupan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
“Bank Dunia mengapresiasi berbagai upaya Kementerian Pertanian untuk mengatasi berbagai tantangan yang berhubungan dengan kepemilikan lahan yang kecil dan terfragmentasi, dan menciptakan pertanian yang lebih menguntungkan bagi para petani berskala kecil. Kami mendukung berbagai upaya yang dilakukan untuk memperkuat penerapan pendekatan maupun teknologi digital, dan penekanan pada keberlanjutan sistem pertanian dan pangan," ujar Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste.
“Melalui dukungan yang dirancang secara hati-hati, proyek ini akan meningkatkan partisipasi perempuan dalam koperasi dan memastikan bahwa perempuan mendapatkan manfaat dari teknologi yang didiseminasikan melalui program ini,” lanjutnya.
ICARE diselaraskan dengan kerangka kebijakan nasional serta berbagai komitmen tingkat-tinggi Indonesia. Proyek ini mendukung pengembangan Korporasi Petani –lembaga ekonomi milik petani yang sudah berbadan hukum– yang diprioritaskan oleh Presiden Joko Widodo sebagai ‘proyek besar’ pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
ADVERTISEMENT
Dengan mendukung pertanian yang cerdas iklim, proyek ini juga berkontribusi terhadap Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia tahun 2021 untuk perubahan iklim dan adaptasi, dan juga Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim 2050.
Proyek ini sejalan dengan Kerangka Kerja Kemitraan Negara (CPF/ Country Partnership Framework) Bank Dunia Tahun Anggaran 2021-2025 untuk meningkatkan pertanian dan mata pencaharian berbasis sumber daya alam, serta mengarusutamakan tiga tema lintas sektor CPF – digitalisasi, gender dan perubahan iklim.
"Dengan mendukung para petani berskala kecil, proyek ini mendukung pencapaian tujuan ganda Kelompok Bank Dunia untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan bersama," pungkas Kahkonen.