Bank Dunia: Ekonomi Global Minus 5,2 Persen di 2020, Terendah Sejak PD II

9 Juni 2020 8:38 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Dunia memproyeksi ekonomi global pada tahun ini minus 5,2 persen akibat pandemi virus corona. Resesi ekonomi ini merupakan yang terdalam sejak Perang Dunia II.
ADVERTISEMENT
Resesi akibat COVID-19 tersebut merupakan yang pertama sejak 1870 yang dipicu oleh pandemi. Proyeksi ekonomi global tahun ini bahkan jauh lebih rendah dari laporan Bank Dunia Januari 2020, yang memproyeksi ekonomi global tumbuh 2,5 persen.
"Perkiraan dasar kami resesi global ini terdalam sejak Perang Dunia II. Laporan ini juga mencakup analisis mendalam tentang prospek negara berkembang, yang banyak di antaranya saat ini berjuang untuk dua sektor, wabah pandemi sekaligus resesi ekonomi," ujar Presiden Bank Dunia David Malpass dalam Laporan Global Economic Prospects Juni 2020 seperti dikutip kumparan, Selasa (9/6).
Penurunan ekonomi tahun ini diperkirakan tak hanya terjadi di negara maju, namun juga sebagian besar terjadi pada negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Adapun ekonomi di negara maju diperkirakan mencapai negatif 7 persen di tahun ini. Kontraksi terdalam terjadi di Jepang, yang mencapai minus 9,1 persen. Selanjutnya ekonomi AS diperkirakan minus 7 persen dan Uni Eropa minus 6,1 persen.
Namun pada 2021, ekonomi negara maju diperkirakan tumbuh 3,9 persen. Perekonomian Jepang diperkirakan pulih dan tumbuh 2,5 persen, AS tumbuh 4 persen, dan Uni Eropa tumbuh 4,5 persen.
Sementara perekonomian di negara berkembang diprediksi akan minus 2,5 persen tahun ini. Ekonomi China diproyeksi hanya tumbuh 1 persen, sementara India dan Brasil diprediksi masing-masing minus 3,2 persen dan 8 persen.
Untuk ekonomi di negara berkembang, Bank Dunia memproyeksi pulih di 2021, tumbuh 4,6 persen. Ekonomi China diproyeksi tumbuh 6,6 persen, India 3,1 persen, dan Brasil tumbuh 2,2 persen.
ADVERTISEMENT
Malpass melanjutkan, pandemi COVID-19 telah menekan konsumsi dan investasi di hampir seluruh negara. Bahkan pandemi telah menekan sektor keuangan, komoditas, perdagangan global, rantai pasokan, perjalanan, dan pariwisata.
"Pasar keuangan sangat fluktuatif, mencerminkan ketidakpastian yang sangat tinggi dan prospek yang memburuk," katanya.
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
Tingkat utang yang tinggi juga akan menyebabkan krisis keuangan di banyak negara. Dalam skenario terburuk, ekonomi global akan mencapai minus 8 persen di 2020.
Sementara di 2021, pertumbuhan global hampir tidak akan mulai pulih, meningkat menjadi hanya 1 persen.
Dalam skenario optimistis, pertumbuhan ekonomi tetap positif karena langkah pengendalian pandemi cepat dilakukan. Respons kebijakan fiskal dan moneter juga berhasil mendorong kepercayaan konsumen dan investor.
Dalam skenario optimistis tersebut, ekonomi global akan tumbuh 3 persen di tahun ini dan kembali pulih menjadi di atas 5 persen di 2021.
ADVERTISEMENT
Bank Dunia menilai pembuat kebijakan di seluruh negara menghadapi tantangan berat. Jika selama resesi global 2009 banyak negara berkembang dinilai mampu memberikan tanggapan fiskal dan moneter skala besar yang cukup efektif, kondisi saat ini jauh berbeda.
"Banyak negara berkembang kurang siap menghadapi kondisi buruk saat ini, karena secara bersamaan bergulat dengan krisis kesehatan masyarakat berbiaya besar dan hantaman ekonomi," ujarnya.