Bank Dunia: Fundamental Ekonomi Indonesia Semakin Kuat

5 Juli 2017 7:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
World Bank (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
World Bank (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh positif hingga akhir tahun ini. Pertumbuhan tersebut didukung oleh fundamental ekonomi domestik dan global yang semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Hingga akhir tahun 2017, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar 5 persen. Dan pada tahun 2018, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen.
Melansir laman Bank Dunia dalam laporan triwulanan Juni 2017 pada Rabu (5/7), perekonomian Indonesia yang positif juga didukung oleh kenaikan peringkat utang oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) pada 19 Mei 2017. Dengan kenaikan peringkat tersebut diharapkan dapat mendorong aliran dana investor asing masuk ke Indonesia, terutama dari Jepang.
Konsumsi swasta juga diprediksi akan meningkat di semester kedua tahun ini. Laju inflasi selama tahun ini diperkirakan sebesar 4,3 persen secara tahunan (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Selain itu, nilai tukar rupiah yang stabil, menguatnya kepercayaan konsumen, dan tingkat suku bunga yang rendah juga turut mendukung positifnya perekonomian Indonesia.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan sekitar 150 basis poin pada 2016. Saat ini BI 7-Days Repo Rate berada di kisaran 4,75 persen.
"Kenaikan upah pada 2016 juga diharapkan dapat berdampak untuk pertumbuhan konsumsi pada 2017," demikian tertulis dalam laporan Bank Dunia, Rabu (5/7).
Selain itu, belanja pemerintah pada kuartal I 2017 juga diharapkan dapat berlanjut hingga akhir tahun ini. Investasi swasta diperkirakan meningkat seiring pemulihan ekonomi sejak 2008. Diharapkan investasi swasta ini juga dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan investasi juga akan ditopang pemulihan harga komoditas, reformasi untuk meningkatkan bisnis, dan tingkat bunga rendah.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Bank Dunia juga melihat risiko yang dihadapi Indonesia, antara lain ketidakpastian global dan ancaman aksi proteksionisme.
Pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve juga menjadi tantangan bagi perekonoman Indonesia. Sebab, kenaikan suku bunga dapat memicu volatilitas di pasar keuangan dan modal.
Kawasan Ekonomi Mandalika (Foto: Ahmad Subaidi/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Kawasan Ekonomi Mandalika (Foto: Ahmad Subaidi/Antara)
Lebih lanjut Bank Dunia melihat kenaikan suku bunga dapat memicu arus dana keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Arus keluar tersebut dapat menyebabkan ketatnya kondisi keuangan domestik.
"Ini dapat mendorong volatilitas dalam rupiah yang akan bebani konsumsi swasta, rumah tangga dan investasi," tulis Bank Dunia.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) pada 2018, dan dilanjutkan dengan pemilihan legislatif dan presiden pada 2019 juga akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Reformasi struktural untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan menyempit, sebab pemerintah akan fokus pada kampanye sehingga semakin sulit menerapkan reformasi ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Meningkatnya ketidakpastian politik juga dapat hambat investasi, terutama dari asing," tulis Bank Dunia.
Bank Dunia juga melihat penanaman modal asing (PMA) langsung di Indonesia telah berkembang selama 15 tahun terakhir, namun jumlahnya masih kecil dari produk domestik bruto (PDB) negara lainnya di kawasan yang sama.