Bank Dunia Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 4,4 Persen di 2021

26 Maret 2021 9:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Dunia memproyeksi perekonomian global secara keseluruhan di tahun ini tumbuh tidak merata, utamanya di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Hanya China dan Vietnam yang perekonomiannya pulih secara cepat di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk Indonesia, Bank Dunia memproyeksi ekonomi domestik sebesar 4,4 persen sepanjang tahun ini. Angka ini sama seperti proyeksi Bank Dunia di akhir tahun lalu.
Meski demikian, proyeksi Bank Dunia tersebut di bawah target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2021 yang sebesar 5 persen. Namun, proyeksi itu masuk dalam outlook yang dilakukan pemerintah sebesar 4,5 persen hingga 5,3 persen di tahun ini.
“Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan pulih menjadi 4,4 persen pada tahun 2021,” ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, seperti dikutip dari laporan Bank Dunia edisi April 2021 berjudul Pemulihan Belum Merata, Jumat (26/3).
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Meski perekonomian Indonesia diprediksi mulai bangkit tahun ini, namun beberapa sektor dinilai masih lambat pemulihannya. Di antaranya yaitu sektor perdagangan, transportasi, dan perhotelan.
ADVERTISEMENT
“Layanan bernilai tambah masih rendah, seperti perdagangan, transportasi, dan perhotelan, terkena dampak krisis yang parah dan akan menjadi yang paling lambat untuk pulih, terutama jika wabah merebak,” jelasnya.
Secara keseluruhan, Aaditya menilai, hanya China dan Vietnam mengalami grafik pemulihan ekonominya akan berbentuk huruf V, di mana perekonomian kedua negara tersebut dinilai melampaui tingkatan di saat sebelum pandemi.
Di negara-negara besar, Bank Dunia memproyeksi rata-rata pertumbuhan ekonominya berada di sekitar 5 persen, di bawah tingkat sebelum pandemi.
“Kinerja perekonomian bergantung kepada efektivitas pengendalian virus, kemampuan memanfaatkan kebangkitan perdagangan internasional, dan kemampuan pemerintah di negara masing-masing dalam memberikan dukungan fiskal dan moneter,” tambahnya.