Bank Dunia Proyeksi Resesi Global Kembali Terjadi di 2023

16 September 2022 10:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Pusat Bank Dunia (World Bank). Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Dunia memproyeksi resesi masih akan mengancam pertumbuhan ekonomi global di tahun depan. Sejumlah faktor menjadi penyebab memburuknya perekonomian global, mulai dari pandemi COVID-19, perang Rusia-Ukraina, krisis pangan dan energi, inflasi yang tinggi, hingga kenaikan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan berjudul "Apakah Resesi Global Sudah Dekat?" yang dikeluarkan pada September 2022, Bank Dunia membuat tiga proyeksi ekonomi mulai dari skenario dasar, penurunan tajam, hingga resesi di tahun ini, 2023, hingga 2024.
"Efek makroekonomi dari kondisi keuangan global yang memburuk secara tajam, serta melemahnya kepercayaan konsumen, akan menambah hambatan dari pengetatan kebijakan secara global," tulis laporan tersebut seperti dikutip kumparan, Jumat (16/9).
Hasil dari skenario tersebut, tahun ini ekonomi global masih tumbuh positif 2,9 persen dalam skenario dasar dan 2,8 persen dalam skenario skenario terburuk. Sementara di 2023, perekonomian global akan berkurang sebesar 1,9 persen poin atau dari 2,4 persen menjadi 0,5 persen dalam skenario terburuk, dan menurun 1 persen atau dari 3,0 persen menjadi 2,0 persen dalam skenario terburuk pada tahun 2024.
ADVERTISEMENT
"Namun di 2023, ekonomi global akan mengalami resesi yang besarnya sama dengan yang terjadi pada tahun 1982, dengan pertumbuhan melambat menjadi 0,5 persen. Dan pertumbuhan per kapita mengalami kontraksi 0,4 persen, akan sejalan dengan resesi 1991, tetapi akan lebih ringan daripada episode 1982 karena populasi tumbuh lebih cepat pada tahun 1982," tulis laporan tersebut.
Pengetatan moneter yang terjadi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa berimbas pada ekonomi di negara-negara tersebut. Bank Dunia memproyeksi perekonomian pada kelompok negara maju akan minus 0,6 persen dalam skenario terburuk di 2023.
Untuk negara berkembang, Bank Dunia melihat pertumbuhan ekonomi masih cukup kuat. Dalam skenario terburuk, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang masih positif 1,8 persen di 2023. Meski demikian, lembaga yang bermarkas di Amerika Serikat ini mengingatkan agar negara berkembang lebih waspada, utamanya dampak dari pengetatan kebijakan moneter negara maju, yang bisa berimbas pada keluarnya modal asing.
ADVERTISEMENT
"Dampak negatif dari ekonomi maju dan ruang kebijakan yang terbatas mengancam negara berkembang, pengetatan kondisi keuangan global juga akan mengancam terutama negara berkembang, yang memiliki defisit transaksi berjalan dan sangat bergantung pada arus masuk modal asing," tulisnya.