Bank Dunia Proyeksikan Ekonomi Gaza Bisa Tumbuh 16% di 2027, Ini Hitungannya

11 Juni 2025 16:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Warga Palestina mengendarai gerobak yang ditarik keledai saat menerima pasokan bantuan dari yayasan kemanusiaan Gaza di Jalur Gaza Tengah, Kamis (29/5/2025). Foto: Ramadan Abed/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga Palestina mengendarai gerobak yang ditarik keledai saat menerima pasokan bantuan dari yayasan kemanusiaan Gaza di Jalur Gaza Tengah, Kamis (29/5/2025). Foto: Ramadan Abed/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi di Gaza dan Tepi Barat (West Bank) diperkirakan akan pulih secara bertahap setelah mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen pada 2025.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan terbarunya, Global Economic Prospects (GEP) edisi Juni 2025, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi kawasan tersebut akan tumbuh sebesar 4 persen pada 2026 dan meningkat tajam hingga 16 persen pada 2027, dengan asumsi proses rekonstruksi dapat dimulai pada tahun depan.
Namun, proyeksi pertumbuhan untuk 2026 mengalami revisi signifikan, turun sebesar 12,5 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya.
“Penurunan (proyeksi) ini mencerminkan dampak dari kekerasan yang kembali terjadi, kerusakan besar-besaran terhadap aset tetap di Gaza, serta pembatasan mobilitas di Tepi Barat, yang mengakibatkan keterlambatan dalam aktivitas rekonstruksi yang semula diharapkan,” tulis laporan GEP edisi Juni 2025, dikutip Rabu (11/6).
Laporan tersebut juga mencatat bahwa biaya untuk pemulihan dan rekonstruksi akibat konflik di dua wilayah tersebut diperkirakan akan semakin membengkak.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, tingkat kemiskinan diperkirakan meningkat di sejumlah negara pengimpor minyak, terutama yang berada dalam kategori negara rapuh dan terdampak konflik (fragile and conflict-affected situations/FCS), termasuk Suriah. Mesir juga diperkirakan tetap menghadapi tingkat kemiskinan yang tinggi akibat inflasi yang masih membayangi, khususnya inflasi pangan.
Anak-anak Palestina bermain trampolin selama liburan Idul Adha, di Kota Gaza. Foto: Mahmoud Issa/REUTERS
“Namun, pada periode 2026–2027, kemiskinan diproyeksikan akan menurun secara bertahap seiring menguatnya pertumbuhan per kapita dan meredanya tekanan inflasi,” tulis laporan itu.
Bank Dunia memperingatkan bahwa potensi peningkatan kembali konflik bersenjata, khususnya di Gaza dan Tepi Barat serta kawasan Laut Merah, dapat memperburuk iklim usaha dan konsumen di negara-negara sekitarnya. Ketegangan ini dinilai berisiko tinggi memicu ketidakpastian kebijakan secara lebih luas dan memperketat kondisi keuangan global.
ADVERTISEMENT
“Peningkatan kembali konflik bersenjata, termasuk di Tepi Barat dan Gaza, serta meningkatnya serangan di Laut Merah, dapat memperburuk sentimen konsumen dan pelaku usaha, terutama di negara-negara tetangga,” tulis Bank Dunia dalam laporan itu.
Lembaga tersebut menyatakan bahwa ketegangan politik yang berujung pada konflik juga dapat menekan investasi serta aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Dampaknya diperkirakan paling berat dirasakan oleh negara-negara FCS.
“Tingginya tingkat kekerasan domestik dan kerusuhan sosial dapat menghambat produktivitas dan investasi, serta memperparah ketahanan pangan dan mengancam pembangunan ekonomi,” tambah laporan tersebut.
Bank Dunia juga menyoroti pentingnya bantuan luar negeri bagi negara-negara FCS. Selama ini, bantuan resmi dari negara dan lembaga donor disebut lebih besar dibandingkan aliran remitansi dan terbukti krusial dalam mengurangi kemiskinan dan mendorong pembangunan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Bank Dunia mengingatkan bahwa semakin menyusutnya bantuan resmi tersebut berpotensi memperlambat laju pertumbuhan dan memicu stagnasi dalam pengentasan kemiskinan.
“Jika bantuan ini semakin menyusut, risiko perlambatan pertumbuhan dan stagnasi penurunan kemiskinan akan semakin besar,” demikian tulis laporan itu.