Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Bank Indonesia Diproyeksikan Tahan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen di Juni 2024
20 Juni 2024 8:29 WIB
ยท
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Sejumlah ekonom memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, Kamis (20/6), di tengah Rupiah terus menunjukkan pelemahan.
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah sempat ditutup melemah 142 poin menjadi Rp 16.412 per dolar AS pada Jumat (14/6). Pada perdagangan Kamis (13/6), kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp 16.270.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan BI akan menahan suku bunga acuan ini melihat kondisi inflasi yang tetap terkendali, serta posisi cadangan devisa dan prospek keseimbangan eksternal yang masih dapat dikelola.
"BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI rate di level 6,25 persen pada RDG bulan Juni mengingat suku bunga acuan di level 6,25 persen saat ini masih konsisten untuk menjangkar ekspektasi inflasi serta menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," kata Josua kepada Kumparan, Kamis (20/6).
Adapun dalam beberapa minggu terakhir ini, penguatan dolar AS terhadap mata uang global dipengaruhi oleh faktor sentimen seperti pelemahan Euro di tengah ketidakpastian politik di Eropa, dan arah suku bunga sentral global terutama Fed di mana pada rapat FOMC bulan Juni 2024, Fed diperkirakan memiliki ruang untuk memangkas suku bunga FFR sebesar 25bps di tahun 2024 dan ruang penurunan FFR sebesar 100bps pada tahun 2025 mendatang.
ADVERTISEMENT
Mengingat pelemahan Rupiah dan mata uang global lainnya dipengaruhi oleh faktor sentimen dan tidak mencerminkan faktor fundamental ekonomi Indonesia, Josua menyatakan bahwa pelemahan Rupiah saat ini cenderung bersifat sementara.
"Oleh sebab itu, BI diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga BI rate di level 6,25 persen setelah terakhir BI menaikkan suku bunga acuan BI pada RDG bulan April yang lalu," ujar Josua.
Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo juga memproyeksikan BI masih menahan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini, meskipun Rupiah terus menunjukkan pelemahan.
"Proyeksi masih tetap ya tidak ada kenaikan. Rupiah tertekan minggu lalu setelah FOMC tetapi berangsur lewat tekanannya," ujar Banjaran kepada Kumparan, Kamis (20/6).
ADVERTISEMENT
"Secara umum, pergerakan pasar keuangan domestik kemarin cukup baik. Hingga saat ini, baik nilai tukar Rupiah maupun IHSG cenderung bergerak menguat. Yield jangka panjang terpantau turun, sementara yield jangka pendek cenderung naik," tambahnya.
Menurutnya, pergerakan nilai tukar Rupiah cenderung lebih baik dibandingkan negara peers, kecuali Malaysia dan India yang menguat lebih tinggi. Penguatan nilai tukar rupiah juga didorong oleh pelemahan indeks dolar AS.
Dengan perkembangan tersebut, dia juga memperkirakan nilai tukar Rupiah hari ini akan cenderung menguat, didukung pula oleh rilis neraca perdagangan yang lebih baik dari prakiraan.
"BI tetap mempertahankan triple intervention di spot, dndf dan surat berharga. Saya rasa mendorong yield pendek naik lagi bisa jadi opsi menarik untuk menarik flow dari asing dan terbukti cukup efektif. Sehingga, minggu ini diperkirakan tetap," kata Banjaran.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan di LPEM FEB UI, Teuku Riefky, memproyeksi BI tetap mempertahankan suku bunga agau BI Rate di level 6,25 persen. Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh faktor global dan domestik.
Dari sisi global, Keputusan The Fed memicu arus modal keluar dan berkontribusi pada depresiasi rupiah sebesar 2,79 persen antara pertengahan Mei dan pertengahan Juni. Namun demikian, dalam pertemuan para gubernur The Fed bulan ini, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya di antara 5,25 persen dan 5,75 persen, tidak berubah untuk ketujuh kalinya secara berturut-turut.
"Sikap The Fed bergeser ke arah pandangan yang lebih konservatif terhadap penurunan suku bunga, dengan ekspektasi menjadi hanya satu kali penurunan sebelum Desember 2024. Penyesuaian ini mencerminkan pendekatan hati-hati mereka mengingat angka inflasi yang terus-menerus melebihi target 2 persen," kata Riefky.
ADVERTISEMENT
Dari sisi domestik, inflasi umum yang melambat menjadi 2,84 persen (yoy) pada Mei 2024 dari 3,00 persen (yoy)pada April 2024, didorong oleh berkurangnya permintaan konsumen pasca-liburan dan stabilnya harga pangan akibat musim panen. Tak hanya itu, cadangan devisa Indonesia meningkat sebesar USD 2,8 miliar dinilai cukup mampu memberikan penyangga terhadap tekanan nilai tukar rupiah.