Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bank Indonesia Kantongi Rp 113,70 T dari 9 Kali Lelang SRBI
19 Oktober 2023 20:04 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan, pihaknya terus melakukan inovasi untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam memastikan inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah tetap stabil.
ADVERTISEMENT
Dalam kaitan ini, kebijakan suku bunga diperkuat dengan penerbitan instrumen moneter SRBI (kontraksi) yang pro-market, dalam rangka memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung upaya menarik portfolio inflows, dengan mengoptimalkan aset SBN yang dimiliki BI sebagai underlying.
"Pasar menyambut baik penerbitan SRBI yang tercermin pada tingginya penawaran dibandingkan dengan target (oversubscribed). Hingga 17 Oktober 2023, lelang SRBI telah dilakukan sembilan kali dengan outstanding mencapai Rp 113,70 triliun," kata Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Kamis (19/10).
Perry bilang, perkembangan tersebut juga diikuti dengan transaksi di pasar sekunder. Selain itu, penerbitan SRBI juga mendukung masuknya aliran investasi portofolio asing seperti tercermin pada net beli SRBI oleh investor nonresiden sebesar Rp 9,81 triliun.
"Berbagai perkembangan ini secara umum menunjukkan SRBI dapat menggantikan peran Reverse Repo (RR) SBN sebagai instrumen moneter kontraksi dan sekaligus dapat menarik aliran modal masuk untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global," ungkap Perry.
ADVERTISEMENT
Keunggulan SRBI Dibanding Instrumen Lain
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto menjelaskan keunggulan instrumen baru ini dibanding instrumen-instrumen yang sudah ada.
"SRBI lebih mudah, lebih kompetitif untuk dipindahtangankan dibanding dari instrumen RSBN saat ini. Kecenderungan RSBN itu lebih terbatas untuk dipindahtangankan," kata Edi saat konferensi pers di Kantor BI, Senin (28/8).
SRBI merupakan instrumen operasi moneter konstruksi untuk mengelola likuiditas yang sekaligus diharapkan dapat mendukung pengembangan pasar uang dan stabilitas nilai tukar rupiah karena dapat ditransaksikan dan dimiliki oleh non bank (penduduk dan bukan penduduk) di pasar sekunder.
Edi menjelaskan perbedaan SRBI dengan instrumen lama, SBI, di mana untuk SRBI menggunakan SBN sebagai underlying.
"Jadi tentu, kontrol likuiditas dan sebagainya tetap didasarkan pada besarnya kepemilikan RSBN yang dimiliki Bank Indonesia," jelas dia.
ADVERTISEMENT