Bank Indonesia: Tekanan Arus Modal Asing Masih Terjadi

22 September 2022 16:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat tekanan arus modal asing, terutama dalam bentuk investasi portofolio masih terus terjadi di tengah ketidakpastian yang terjadi di pasar keuangan global. Hingga September 2022, investasi portofolio mencatat nett outflow sebesar USD 0,6 miliar.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan posisi cadangan devisa Indonesia tercatat USD 132,2 miliar, setara pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Tekanan dari sisi arus modal asing terutama dalam bentuk investasi portofolio masih terjadi di tengah ketidakpastian pasar keuangan global,” kata Perry dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (22/9).
BI memproyeksi kinerja neraca pembayaran Indonesia pada keseluruhan tahun 2022, akan tetap terjaga dengan transaksi berjalan yang berpotensi lebih baik dari perkiraan semula.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil FMCBG G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022). Foto: Antara
Terutama ditopang oleh komoditas global yang berada di level tinggi, serta didukung oleh transaksi modal dan finansial terutama dalam bentuk masuknya PMA (Penanaman Modal Asing) seiring dengan iklim investasi dalam negeri yang terus membaik.
ADVERTISEMENT
Adapun Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,5 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5 persen.
"Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0±1 persen pada paruh kedua 2023," ujarnya.