Bank Indonesia Terus Waspadai Ancaman Stagflasi Masih Tinggi

7 September 2022 16:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Willy Kurniawan/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Willy Kurniawan/Reuters
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) terus mewaspadai risiko stagflasi imbas melonjaknya harga komoditas, terutama di sektor energi.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M. Juhro menyebut, kenaikan harga komoditas masih menjadi momok yang menakutkan.
Bahkan, dia menilai, risiko stagflasi masih membayangi, di mana inflasi tinggi dan respons suku bunga tinggi menekan pertumbuhan.
"Disrupsi pasokan masalah kenaikan harga komoditas yang sangat tinggi, masih bercokol di level 90 ya di atas 90, tentunya ini menjadi momok sehingga memang kita melihat tekanan stagflasi. Inflasi yang tinggi dan juga karena respons dari suku bunga yang tinggi sehingga memang itu akan menekan pertumbuhan, Stagflasi akan terus mengemuka!" tegas dia dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu (7/9).
Lebih lanjut, dampak stagflasi ke Indonesia akan tampak dari 3 kanal, yakni perdagangan, komoditas dan keuangan. Dari sisi perdagangan, dia melihat ekspor akan melemah, terutama dari sisi volume. Kemudian, dari sisi komoditas, dia melihat harganya akan tetap tinggi.
ADVERTISEMENT
Kemudian yang ketiga berada di jalur keuangan, Solikin menilai, bank sentral bersama pemerintah negara-negara di dunia akan memperketat likuiditas global. Hal tersebut tentu memicu ketidakpastian global.
"Kita bersyukur di Indonesia disampaikan kita termasuk negara yang cukup resilience. Di masa yang sangat berat seperti ini kita bisa tumbuh sekitar 5 persen yang kemarin di kuartal II, 5,4 persen. Ini adalah prestasi yang luar biasa," pungkas dia.