Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Pencapaian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan Bank Jago selaras dengan fokus bisnis bank berbasis teknologi yang mengedepankan inovasi dan kolaborasi serta menjaga fundamental dan manajemen risiko yang baik. Ini menjadi modal kuat Bank Jago untuk leap forward ke fase pertumbuhan berikutnya,” kata Arief melalui keterangan tertulis, Jumat (21/3).
Pencapaian itu sejalan dengan peningkatan pengguna Aplikasi Jago sampai akhir 2024 yang bertambah 4 juta nasabah atau tumbuh hampir 50 persen dibanding posisi akhir 2023. Saat ini nasabah Bank Jago mencapai 15,3 juta, termasuk 12,1 juta nasabah funding pengguna aplikasi Bank Jago.
Peningkatan pengguna aplikasi berdampak pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp 18,8 triliun. Angka ini tumbuh 56 persen dibanding perolehan DPK tahun lalu di Rp 12,1 triliun.
ADVERTISEMENT
“Penyumbang terbesar DPK adalah giro dan tabungan atau current account and savings account (CASA), yakni sebesar Rp 10 triliun atau 53 persen, sedangkan 47 persen sisanya merupakan simpanan nasabah dalam bentuk deposito atau sebesar Rp 8,8 triliun,” ujar Arief.
Sementara itu, penyaluran kredit Bank Jago sampai akhir 2024 tercatat mencapai Rp 17,7 triliun atau meningkat 36 persen dibanding tahun 2023 yang ada di angka Rp 13 triliun.
Aset Bank Jago meningkat 34 persen menjadi Rp 28,5 persen dibanding tahun sebelumnya di angka Rp 21,3 triliun. Selain itu, Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Bank Jago pada 2024 mencapai 44,4 persen.
“Melalui kolaborasi dengan mitra (partner), seperti ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, serta lembaga keuangan lainnya, Bank Jago menyalurkan kredit tetap berkualitas, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) 0,2 persen,” tutur Arief.
ADVERTISEMENT