Nilai Tukar Yen Menguat Usai Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga

24 Januari 2025 14:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi Bank of Japan. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Bank of Japan. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bank of Japan (BoJ) menaikkan suku bunga dari 0,25 persen menjadi 0,5 persen. Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak krisis keuangan global melanda dunia pada 2008 atau 17 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini membuat nilai tukar Yen langsung menguat 0,5 persen menjadi 155,32 per USD. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor dua tahun (JGB) naik menjadi 0,70 persen, tertinggi sejak Oktober 2008.
Gubernur BoJ Kazuo Ueda mengatakan nilai tukar yen yang lemah terus memberikan tekanan pada harga impor, sementara kenaikan upah menjadi lebih tertanam dan luas di antara perusahaan-perusahaan. Tapi, dia belum tahu kapan BoJ akan menaikkan lagi suku bunga acuan.
“Kami belum tahu pasti kapan waktu yang tepat lagi," kata Ueda dalam sebuah konferensi pers dikutip dari Reuters, Jumat (24/1).
Kenaikan suku bunga ini diambil Bank Sentral Jepang usai 8 anggota setuju dan hanya satu anggota yaitu Toyoaki Nakamura yang menolak. Selain menaikkan suku bunga acuan, BoJ juga merevisi target inflasi menjadi stabil di 2 persen dengan adanya kenaikan upah pekerja.
ADVERTISEMENT
BoJ mengatakan kenaikan suku bunga ini mencerminkan tekad mereka untuk secara perlahan meningkatkan suku bunga ke sekitar 1 persen yang dianggap sebagai tingkat yang seimbang—tidak terlalu menekan ekonomi (cooling) dan tidak memicu inflasi berlebih (overheating).
"Keputusan ini menandai upaya Jepang untuk keluar dari periode panjang deflasi dan stagnasi ekonomi yang telah dialami selama beberapa dekade. Inflasi bisa stabil di 2 persen," kata BoJ.
Keputusan ini juga menandai kenaikan suku bunga pertama sejak Juli tahun lalu dan terjadi beberapa hari setelah pelantikan Presiden AS Donald Trump, yang kemungkinan besar akan membuat para pembuat kebijakan global tetap waspada terhadap potensi dampak dari ancaman tarif yang lebih tinggi.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bersama Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda menunjukkan uang kertas baru 10.000 yen, 5.000 yen dan 1.000 yen mulai diedarkan, di kantor pusat BOJ di Tokyo, Jepang, Rabu (3/7/2024). Foto: Takahiko Wada/REUTERS
Sementara itu, inflasi Jepang tembus 3 persen untuk pertama kalinya dalam 16 bulan terakhir. Data tersebut muncul beberapa jam sebelum bank sentral setempat diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya di bawah Kazuo Ueda.
ADVERTISEMENT
Data inflasi ini juga kemungkinan besar memperkuat kenaikan suku bunga bank sentral di kemudian hari dan mempertahankan spekulasi bahwa biaya pinjaman akan terus meningkat dari level yang sangat rendah.
Kenaikan indeks harga konsumen inti (CPI), yang tidak termasuk dampak dari harga makanan segar yang bergejolak, sesuai dengan perkiraan median pasar dan mengikuti kenaikan 2,7% di bulan November.
"Ini merupakan kenaikan terbesar dari tahun ke tahun sejak kenaikan 3,1 persen yang tercatat pada Agustus 2023. Hasilnya kemungkinan sejalan dengan proyeksi BOJ. Dari sisi harga, tidak ada yang menghalangi kenaikan suku bunga BOJ pada Januari,” kata ekonom pasar di Mizuho Securities Ryosuke Katagi.