Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sebelum pandemi (omzet) bisa Rp 250 juta - Rp 300 juta per bulan, sesudah pandemi tinggal Rp 100 juta per bulan,” ucap Angga kepada kumparan, Sabtu (5/12).
Ia mulai membangun usaha hijab sejak tahun 2012. Perlahan tapi pasti, usaha hijab semakin cemerlang. Hingga Angga memutuskan untuk membangun restoran konsep Jepang All You Can Eat! Dengan kapasitas 800 kursi pada tahun 2017.
Modal awal untuk membangun restoran Rp 4,8 miliar dengan cara patungan bersama 4 temannya. “Omzet per bulan Rp 1-1,2 miliar per bulan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Namun apa daya, pada awal 2020 pandemi melanda. Sejak saat itu omzetnya restorannya menurun drastis, apalagi setelah pemerintah sempat memberlakukan kebijakan PSBB. Bahkan restorannya sempat tutup selama 3 bulan.
Angga kembali memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha restorannya. Saham yang ia miliki terpaksa harus dijual untuk modal bisnis lain. Berbekal pengalaman bisnis kuliner, ia membuat bisnis dengan skala yang lebih kecil yaitu frozen food .
“Bikin kitchen di rumah biasa namanya virtual kitchen. Inovasi dari frozen food yang ada agar customer bisa makan rasa restoran di rumah,” imbuhnya.
Ia menekankan di kondisi krisis seperti ini, salah satu hal yang harus terus dipertahankan adalah inovasi produk. Sebab, kebiasaan masyarakat terus mengalami perubahan seiring dengan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian.
ADVERTISEMENT
Setidaknya, saat ini Angga mampu meraup omzet sekitar Rp 150 juta dalam sebulan melalui bisnis frozen food. Ia juga menyarankan supaya para pelaku usaha terus melihat tren yang terjadi di masyarakat.
“Jadi tips-nya itu sharing aja sedikit berbagi, kalau pada saat pandemi ini kita berusaha lebih jeli dan fokus bisa analisis apa yang dibutuhkan market,” jelasnya.