Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Bantu Atasi Masalah Sampah, BRI Jalankan Program Yok Kita Gas di 41 Wilayah
22 Februari 2024 9:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak diluncurkan pada tahun 2021, program BRI Peduli "Yok Kita Gas" telah dilaksanakan di 41 wilayah di Indonesia, yang terdiri dari 5 pasar tradisional dan 36 lokasi di lingkungan masyarakat.
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto mengungkapkan, program Yok Kita Gas memberikan dampak nyata bagi masyarakat di berbagai wilayah, baik dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Hal tersebut sejalan dengan komitmen BRI dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang tersirat pada Pilar Pembangunan Sosial, Pilar Pembangunan Ekonomi, dan Pilar Pembangunan Lingkungan.
Manfaat program Yok Kita Gas bagi masyarakat
Masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia, terutama di wilayah padat pemukiman atau kota, mendapat sejumlah manfaat dari program Yok Kita Gas, antara lain memperoleh wawasan tentang kondisi pengelolaan sampah dan mendapat keterampilan memilah sampah, sehingga masyarakat mampu mengatasi persoalan sampah sejak dari rumah.
ADVERTISEMENT
Dari sisi sosial, masyarakat mendapat edukasi tentang sampah dan sejumlah pelatihan, seperti pelatihan pengelolaan sampah, pembuatan laporan, pelatihan pembukuan, pelatihan manajemen SDM, dan pemakaian alat-alat pengelolaan sampah.
Selain itu, sebanyak 3.065 pedagang di pasar di berbagai wilayah tercatat telah mengikuti sosialisasi tentang bank sampah dan pengelolaan sampah di pasar.
Kemudian, dari sisi lingkungan, program Yok Kita Gas memberi manfaat berupa edukasi kepada masyarakat tentang pemilahan sampah organik dan anorganik. Masyarakat pun diarahkan untuk mengolah sampah anorganik menjadi barang-barang bernilai ekonomis.
Untuk mendukung pengelolaan sampah tersebut, BRI telah menyalurkan 173 unit bak maggot komunal dan 50 unit kandang Black Soldier Fly (BSF).
“Hasilnya hingga saat ini, sudah terkumpul 236.153 kg sampah organik dan 471.323 kg sampah anorganik di bank sampah. Selain itu, juga tercatat sebanyak 6.921,5 kg maggot terjual dan juga sebanyak 34.739.868 kg CO2e karbon tereduksi melalui bank sampah” ungkap Catur.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dari sisi ekonomi, program Yok Kita Gas berhasil mengubah cara pandang masyarakat tentang mengubah sampah jadi uang. Untuk itu, masyarakat diajarkan cara mencacah sampah anorganik menggunakan alat pencacah sampah yang disediakan BRI. Setelah itu, sampah tersebut akan dijual ke pengepul sampah dan masyarakat pun memperoleh pendapatan.
Hasilnya, tercatat total tabungan masyarakat yang melakukan penukaran sampah menjadi uang di bank sampah sebanyak Rp 104.420.916, dengan jumlah nasabah bank sampah yang terdaftar sebanyak 8.699 nasabah.
Upaya nyata BRI dalam mengatasi perubahan iklim
Catur menjelaskan, BRI Peduli Yok Kita Gas adalah program pengelolaan sampah terpadu yang mengoptimalkan lahan dan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan. Gerakan diharapkan ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, mendorong terciptanya energi bersih dan terjangkau, serta membantu penanganan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
“Sampah yang dibuang diharapkan dapat dikelola dan dimanfaatkan menjadi energi listrik, didaur ulang menjadi industri kertas, dimanfaatkan untuk campuran aspal, bahan baku plastik atau untuk jenis organik, bisa dikelola menjadi kompos atau sumber energi listrik,” ucapnya.
Dalam pelaksanaannya, BRI Peduli Yok Kita Gas diimplementasikan dalam dua bentuk, yaitu Yok Kita Gas di pasar tradisional dan di lingkungan masyarakat (Stand Alone Location).
Untuk implementasi di lingkungan masyarakat, pelaksanaan program dilakukan di lokasi bank sampah atau Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang telah dikelola oleh masyarakat yang berlokasi padat penduduk baik di kota maupun desa.
Khusus pasar tradisional, program ini telah dilakukan di pasar tradisional yang memiliki peringkat terbaik dalam program pasar.id. Pasar-pasar tersebut berlokasi di Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, dan Denpasar.
ADVERTISEMENT
“Kami menyadari bahwa pasar merupakan salah satu sarana publik tempat berlangsungnya aktivitas ekonomi masyarakat, di mana aktivitas di pasar menimbulkan sampah setiap hari. Oleh karena itu, kami mengajak pedagang dan masyarakat yang beraktivitas di pasar untuk menjaga kebersihan pasar, dan sampah yang dihasilkan dapat dipilah dan diolah dengan tepat,” pungkas Catur.