Banyak Jadi Pabrik dan Rumah, Lahan Sawah RI Tinggal 7,1 Juta Hektare

22 Oktober 2018 20:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
240 hektare lahan sawah siap panen di Desa Jejangkit Muara, Jejangkit, Barito Kuala Kalimantan Selatan.  (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
240 hektare lahan sawah siap panen di Desa Jejangkit Muara, Jejangkit, Barito Kuala Kalimantan Selatan. (Foto: Maulana Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Lahan sawah di Indonesia terus mengalami degredasi setiap tahunnya. Menurut perhitungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) dan Badan Informasi Geospasial, lahan sawah di Indonesia tinggal tersisa 7,1 juta hektare.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut menyusut drastis jika dibandingkan survei terakhir di tahun 2013. Saat itu luas lahan sawah di Indonesia masih 7,75 juta hektare.
Wakil Presiden Jusuf Kalla pun tak menampik bahwa lahan sawah di Indonesia berkurang. Dia mengatakan banyak lahan sawah di Indonesia dialihfungsikan menjadi pabrik hingga proyek properti.
"Karena tiap tahun sawah itu menjadi pabrik, menjadi rumah, menjadi ruko, menjadi warung," ungkap JK saat ditemui di Kantornya, Jalan Veteran, Jakarta, Senin (22/10).
Lahan Sawah di Merauke (Foto: Kementan)
zoom-in-whitePerbesar
Lahan Sawah di Merauke (Foto: Kementan)
Penyusutan lahan sawah banyak terjadi di daerah-daerah yang selama ini menjadi lumbung pangan Indonesia. Salah satunya adalah di Karawang, Jawa Barat.
"Kalau Anda ke Karawang, anda masih lihat sawah enggak? banyak? Sekarang lihat pabrik aja kan, terjadi pengurangan," ucapnya.
ADVERTISEMENT
JK mengatakan ada beberapa manfaat positif dari alih fungsi sawah misalnya menjadi pabrik. Misalnya membuka banyak lapangan pekerjaan. Namun dia menegaskan perlu adanya keseimbangan agar kebutuhan beras nasional bisa terpenuhi tanpa mengandalkan barang impor.
"Tapi ini tidak apa-apa karena satu hektare sawah hanya (dikerjakan) 3 orang pekerja. Tapi kalau untuk pabrik, bisa 300 pekerja per hektare. Ini tidak mendekati masalah kalau (mengancam) angka konsumsi. Hanya (sekarang ini) data produksinya ketinggian sedangkan data konsumsinya tetap," jelasnya.