Banyak Saham Anjlok Usai IPO, BEI Perketat Seleksi Emiten

21 Maret 2024 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna di Gedung BEI, Rabu (8/11/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna di Gedung BEI, Rabu (8/11/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyoroti terjadi volatilitas transaksi pada sederet saham yang baru melantai di Bursa, di mana saham tersebut anjlok hingga belasan persen.
ADVERTISEMENT
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, memastikan pihaknya memperketat seleksi calon emiten yang akan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dan aturan saham beredar di publik atau free float.
“(Perusahaan) baru tercatat, terjadi volatilitas transaksi. Kemudian yang kedua baru tercatat, harganya turun,” ujar Nyoman dikutip dari keterangan resmi, Kamis (21/3).
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
BEI terus melakukan introspeksi dan refleksi atas pencapaian kinerja serta menerima masukan (feedback) dari pasar. Perbaikan dilakukan secara holistik dan komprehensif.
“Kita melihat ada beberapa perusahaan mengalami masalah dari sisi operasional, belum lama tercatat sudah mengalami masalah operasional. Kami sudah melakukan sesuatu, ada beberapa hal yang sedang kami proses ke otoritas lebih tinggi,” kata Nyoman.
BEI juga akan meningkatkan jumlah saham free float yang riil sehingga saham yang beredar siap ditransaksikan oleh publik. Bursa akan melihat opsi greenshoe untuk IPO dan akan membantu dari sisi stabilitas harga.
ADVERTISEMENT
Greenshoe merupakan opsi penjatahan lebih bagi calon emiten yang akan IPO. Penjatahan tersebut maksimal sebesar 15 persen.
“Kami juga lihat bahwa beberapa perusahaan ada permasalahan karena sizing skala UMKM. Kami tingkatkan kualitas financial test-nya,” imbuh Nyoman.
Terkait sponsor, underwriter dan pihak lain mendukung good corporate governance (GCG) perusahaan tercatat dalam satu tahun pertama, dilanjutkan peningkatan kapasitas underwriter dan profesi penunjang melalui capacity building.
“Hal yang disupport underwriter akan membantu skrining regulator untuk mendapat kualitas perusahaan lebih baik,” terangnya.
Nyoman membantah BEI tidak hanya fokus mendorong kuantitas perusahaan IPO. Untuk mementingkan kualitas perusahaan, BEI mendorong perusahaan mercusuar atau lighthouse company tercatat minimal satu setiap tahun.
Adapun karakteristik lighthouse company yaitu nilai kapitalisasi pasar (market cap) minimal Rp 3 triliun dengan free float saham minimal 15 perse
ADVERTISEMENT