Bapanas: Rupiah Fluktuatif, Impor Kedelai Dipastikan Aman

25 Oktober 2022 19:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja mengolah kedelai dalam pembuatan tahu di industri rumahan di kawasan Duren Tiga, Mampang, Jakarta, Rabu (31/8/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mengolah kedelai dalam pembuatan tahu di industri rumahan di kawasan Duren Tiga, Mampang, Jakarta, Rabu (31/8/2022). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) memastikan stok kedelai di Indonesia aman. Bahkan dalam waktu dekat, Indonesia akan kedatangan kedelai impor.
ADVERTISEMENT
Ketua NFA Arief Prasetyo Adi meminta masyarakat tidak perlu khawatir, karena stok kedelai cukup hingga 1,5 bulan ke depan.
"Stock base 7 hari setelah akhir November. Artinya ketersediaan masih cukup. Dalam waktu dekat juga akan masuk shipmentnya (kedelai impor)," kata Arief ketika dihubungi kumparan, Selasa (25/10).
Arief menjelaskan, dengan nilai tukar rupiah yang terus berfluktuasi dan ketidakpastian global, importir memang tidak menyetok kedelai terlalu banyak.
"Importir enggak berani stok banyak, karena currency-nya (nilai tukar) itu sekarang Rp 15.300, atau Rp 15.500, bahkan kadang-kadang turun ke Rp 15.200. Itu currency-nya kayak gitu tapi ketersediaan cukup. Jadi diatur sedemikian rupa supaya ngebloknya nggak terlalu jauh," jelas Arief.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi. Foto: Dok. NFA
Menurut Arief, ini adalah kesempatan bagus untuk Indonesia memproduksi kedelai. Supaya bisa mendapatkan kedelai dengan harga yang sama seperti impor, serta ikut menyejahterakan petani kedelai.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kata Arief, Presiden Jokowi sudah menugaskan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk memproduksi kedelai di Indonesia.
Sebelumnya, petani di Indonesia memang sudah pernah menanam kedelai. Namun, kedelai yang mereka tanam hanya dihargai Rp 7 ribu hingga Rp 8 ribu, hal tersebut tentu membuat petani akhirnya malas menanam kedelai.
"Presiden memerintahkan Menteri Pertanian untuk menanam kedelai dan dibeli harganya Rp 10 ribu jadi lebih tetep murah Indonesia. Mendingan kita bayar petani kita Rp 10 ribu dibanding beli impor Rp 10 ribu," pungkas Arief.