Bapanas Tak Masalah Bulog Mau Beli Perusahaan Beras Kamboja: Itu Alternatif

14 Juni 2024 17:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta pada Rabu (28/2/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta pada Rabu (28/2/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, tak masalah terkait kesiapan Perum Bulog membeli perusahaan beras di Kamboja untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Arahan tersebut langsung dari Presiden Jokowi.
ADVERTISEMENT
Arief mengatakan sudah ada contoh beberapa negara seperti China dan Malaysia yang membeli perusahaan beras di luar negeri. Meski begitu, ia memastikan prioritas utama tetap memaksimalkan produksi dalam negeri.
"(Akuisisi perusahaan Kamboja) Itu kan alternatif, maka perlu dipelajari. Kalau konsepnya traders sebagai perdagangan dunia kenapa enggak? banyak kok negara lain punya homebase di Singapura, kemudian trading jual beli," kata Arief di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6).
Arief menjelaskan kalau Bulog membeli perusahaan beras di luar negeri membuat pasokan dipastikan ada. Namun, pasokan tersebut belum tentu untuk Indonesia saja. Bisa saja pasokan beras itu langsung dijual ke negara lain.
"Kalau Indonesia memerlukan maka akan lebih mudah, tapi kalau enggak memerlukan jadinya international trading, proses b to b-nya kan dapet gitu kan. Jadi misalnya trading di luar negeri nanem di mana pun bebas saja, di mana pun bisa saja," terang Arief.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita perlu seperti kemarin kalau ada sendiri kan bisa lebih mudah. Kalau nasional belum memerlukan dijual di international trading saja enggak rugi juga. Makanya harus dipelajari dulu," tambahnya.
Kalau pembelian perusahaan beras Kamboja direalisasikan, Arief memastikan proses mendatangkan beras dari negara tersebut ke Indonesia berbeda dengan impor.
"Impor kan dari luar ke dalam, definisinya sederhana itu. Masalahnya ini kan mau international trading, mau produksi luar negeri, atau produksi paralel di dalam negeri digenjot juga," tutur Arief.