Bappenas: Intervensi Ekonomi Hijau Bantu Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 6,22%

23 Juli 2024 13:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 30 Juli 2024 15:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ekonomi hijau. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ekonomi hijau. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian PPN/Bappenas mengungkapkan peran ekonomi hijau bisa mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia rata-rata sebesar 6,22 persen dalam kurun waktu 2025-2045.
ADVERTISEMENT
Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Priyanto Rohmatullah, menjelaskan ekonomi hijau sebagai salah satu upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menekan emisi gas rumah kaca.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025-2045 sekitar 6-7 persen.
"Kita memerlukan dorongan berupa intervensi ekonomi hijau, ini diharapkan pertumbuhan PDB bisa sebesar 6,2 persen," ungkapnya saat Webinar Perdagangan dan Bursa Karbon Indonesia, Selasa (23/7).
Priyanto melanjutkan, dengan pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim bersama beberapa intervensi kebijakan lain seperti di sektor energi maupun penanganan sampah, pemerintah berharap pencapaian net zero emission bisa tercapai di 2060 atau lebih cepat.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
"Ini kita harap mendapatkan dukungan dari seluruh masyarakat atau pihak lain, karena ini tidak mudah akan ada kegiatan ekonomi di periode ke depan yang perlu kita imbangi dengan bagaimana menekan emisinya," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dalam RPJMN 2025-2045, target indeks ekonomi hijau di 2045 diharapkan mencapai 90,65 persen. Sementara persentase penurunan emisi gas rumah kaca di 2045 secara kumulatif 51,51 persen dan tahunan sebesar 80,98 persen.
Priyanto melanjutkan penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia diharapkan bisa tercapai 93,5 persen di 2045. Hal tersebut juga didukung dengan penanganan resiliensi bencana akibat perubahan iklim.
"Kami harap bisa untuk menekan kerugian dengan mengupayakan penurunan emisi, diharapkan dengan pembangunan berketahanan iklim bisa menekan kerugian GDP dan umumnya kita tempatkan di sasaran Indonesia Emas 17," kata Priyanto.
Sementara itu, Priyanto menilai RPJMN 2020-2024, upaya Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca sudah sesuai dan hasilnya sudah cukup baik. Pada tahun 2024, penurunan emisi gas rumah kaca mencapai 27,3 persen dengan intensitas emisi 31,6 persen.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak hal yang mesti kita kerjakan seperti kita masih terus mengembangkan bagaimana pencapaian atau mengukur emisi yang lebih akurat. Ini yang kita kembangkan terus sehingga nanti diharapkan hasil dari pengukuran itu menjadi lebih akurat," pungkasnya.