news-card-video
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Bappenas Kaget Tukang Las Rel Kereta Cepat dari China, Begini Penjelasannya

9 Februari 2022 9:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
Pembangunan Tunnel atau terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Purwakarta, Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pembangunan Tunnel atau terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Purwakarta, Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tidak bisa lepas dari adanya tenaga kerja asing dari China. Namun dalam proyek tersebut ada tukang las yang ternyata pekerjanya harus didatangkan dari China.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan Deputi Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bappenas, Pungky Sumadi, dalam rapat dengan Komisi IX DPR pada Selasa kemarin. Pungky mengaku kaget dengan temuan tersebut.
"Kami sempat mengunjungi proyek Kereta Cepat Indonesia Jakarta-Bandung. Itu awalnya agak membingungkan pada saat kami melihat misalnya tukang las untuk rel itu ternyata masih harus dari Tiongkok kita datangkan," kata Pungky saat rapat yang ditayangkan secara virtual.
Mengetahui kondisi tersebut, Pungky lalu menanyakannya kepada manajemen yang menggarap Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Ia lalu memahami alasan adanya tenaga kerja China sebagai tukang las rel kereta cepat.
"Setelah kami diskusi dengan mereka, ternyata rel yang ada itu adalah rel yang kualitasnya sangat tinggi tingkat kepadatan maupun campuran besinya, dan itu belum mampu diproduksi Krakatau Steel misalnya," ungkap Pungky.
Pembangunan Tunnel atau terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Purwakarta, Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pungky mengungkapkan panjang satu batang rel bisa mencapai 50 meter. Ia menegaskan kebutuhan pembangunan rel tersebut belum bisa digarap oleh tenaga kerja lokal. Sehingga masih harus mengandalkan TKA China.
ADVERTISEMENT
“Panjangnya pun satu batang itu sekitar 50 meter yang kita belum bisa membuatnya. Untuk itu membutuhkan teknik pengelasan dan alat-alat yang berkualitas tinggi yang memang kita belum memiliki,” terang Pungky.
“Hal-hal seperti ini sebetulnya yang kami dapatkan sebagai contoh mengapa kita masih membutuhkan kadang-kadang tenaga ahli yang sifatnya amat teknis tetapi memang kita belum memiliki kapasitas itu,” tambahnya.