Bappenas Sebut Transisi Energi Perlu Libatkan Seluruh Kalangan Masyarakat

16 September 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas, Taufiq Hidayat Putra. Foto: Bappenas
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas, Taufiq Hidayat Putra. Foto: Bappenas
ADVERTISEMENT
Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi dan Informatika, Kementerian PPN/Bappenas, Taufiq Hidayat Putra, menyatakan rencana pembangunan jangka panjang dilakukan secara inklusif dan partisipatif. Menurutnya, kebijakan transisi energi juga perlu melibatkan seluruh kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Rekomendasi yang tercetus pada diskusi ISEW 2024 akan menjadi masukan untuk rencana yang lebih holistik dan integratif, khususnya pada penyusunan RPJMN 2025-2029 terkait Peningkatan Konektivitas dan Transisi Energi Listrik. Terutama untuk mencapai sistem energi ketenagalistrikan yang berkelanjutan. Dengan mempertimbangkan potensi sumber daya daerah yang sejalan dengan pembangunan kewilayahan dan pembangunan nasional,” kata Taufiq dalam Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, Senin (16/9).
Sementara itu, Puty Puar, Pendiri dan Direktur Eksekutif Buibu Baca Buku, menyebut sejauh ini kalangan ibu-ibu jarang terlibat dalam agenda transisi energi, sehingga suara mereka untuk isu ini pun terendap dan kurang terdengar. Padahal, menurut Puty kalangan ibu-ibu merupakan pihak yang banyak terkena dampak dari hal tersebut.
“Padahal dalam situasi sehari-hari, misalnya ada pemadaman listrik, yang paling merasakan adalah kalangan ibu-ibu karena membuat pekerjaan rumahnya terhambat. Atau, jika polusi di Jakarta semakin membahayakan, maka kelompok yang paling banyak mengantre di rumah sakit, adalah kalangan ibu-ibu. Ibaratnya, ibu-ibu kena getahnya duluan, padahal suaranya belum tentu dipertimbangkan,” kata Puty.
Petugas melakukan pengecekan termal kabel panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) on grid Sengkol kapasitas 7 MWp yang dioperasikan Vena Energy di Sengkol, Praya, Lombok Tengah, NTB, Senin (15/7/2024). Foto: Ahmad Subaidi/ANTARA FOTO
Di Tampir Wetan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Wahyu Hantoro yang merupakan Kepala Desa setempat merespons hal ini dengan menyoroti pentingnya membangun komunikasi dan diskusi dengan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Di desa tempat Wahyu tinggal, potensi air sangat besar namun banyak terjadi kekeringan. Maka ia membangun pompa air bertenaga surya yang awalnya diragukan warga. Namun, komunikasi yang baik mengubah persepsi warga yang ragu menjadi dukungan.
“Namun, komunikasi dan diskusi yang rutin akhirnya mengubah persepsi warga yang awalnya pesimis menjadi mendukung pemanfaatan pompa air bertenaga surya. Lahan pertanian juga dapat diolah tanpa memandang musim. Awalnya yang pakai pompa air ini hanya 25 pelanggan, sekarang malah meningkat menjadi 176 pelanggan,” cerita Wahyu.
Agus Tampubolon, Manajer Proyek Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia, Institute for Essential Services Reform (IESR) menyebut setiap orang merupakan penjaga bumi yang punya peran untuk bertindak dalam perubahan positif untuk bumi.
ADVERTISEMENT
“Setiap orang adalah penjaga bumi. Saya yakin bahwa masing-masing individu mempunyai cerita yang menginspirasi, serta dapat mengambil tindakan yang membawa perubahan yang positif bagi planet kita ini. Cerita-cerita inilah yang perlu digaungkan untuk menciptakan suara kolektif yang kuat untuk membangun dunia yang berkelanjutan dan adil,” ungkapnya.
Agus bilang setiap orang harus bertanggung jawab untuk menyelamatkan bumi dari cengkraman emisi yang telah meningkatkan suhu global sehingga menyebabkan krisis iklim.
Ia menyebut aksi menyelamatkan bumi dapat dilakukan dalam bentuk menanam pohon, bersepeda ke sekolah, dan mematikan lampu saat tidak digunakan dapat berkontribusi secara signifikan bagi penurunan emisi.