Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Batik Giriloyo Yogyakarta, Warisan Mataram yang Jadi Penggerak Ekonomi Desa
22 Juni 2023 20:09 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Giriloyo, sebuah dusun di Karang Kulon, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadikan batik sebagai roda penggerak ekonomi warga.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 640 penduduk di sana berprofesi sebagai pengrajin batik, terhimpun di dalam 12 kelompok batik dan 1 koperasi yang mengelola desa wisata edukasi. Sepanjang tahun 2019, desa wisata ini menerima 29.000 tamu yang menghadirkan perputaran uang hingga Rp 2 miliar. Setelah bangkit dari COVID-19, tahun 2022 desa wisata ini menerima 24 ribu tamu dengan perputaran uang Rp 1,3 miliar.
Warisan Kerajaan Mataram
Pegiat batik, sekaligus Ketua II Kampung Batik Tulis Dusun Giriloyo, Nur Ahmadi, menjelaskan awal mula batik masuk ke Giriloyo pada abad ke-17 saat Kerajaan Mataram mulai membangun makam raja yang ada di Imogiri, Kabupaten Bantul. Dari sana, ada transfer ilmu tentang kerajinan batik kepada warga sekitar.
"Di situ terjadi transfer ilmu batik karena keraton selalu pakai kain batik dalam kegiatan di keraton. Keluarga kami banyak yang jadi abdi keraton, ada interaksi di situ dan kami diajari. Sampai sekarang batik tetap dilestarikan," kata Ahmadi ditemui di Giriloyo, Bantul, Yogyakarta, Kamis (22/6).
ADVERTISEMENT
Mulanya, para rakyat setempat selama puluhan tahun bekerja sebagai buruh, mereka sekadar membatik kain putih dan tidak diajarkan mewarnainya sampai menjualnya sendiri.
"Baru sekitar tahun 80-an kami diajari proses pewarnaan sehingga bisa kami jual langsung," kata Ahmadi.
Saat itu, batik-batik buatan warga setempat dibeli oleh para saudagar, dari mereka, batik itu kemudian dijual kepada keluarga Keraton Yogyakarta.
Terguncang Krismon, Bangkit Usai Gempa
Geliat batik di Giriloyo sempat terhantam ketika krisis moneter 1997. Ahmadi menuturkan, saat itu para pembatik tidak mendapatkan bayaran layak atas batik yang mereka jual.
"Lesunya batik itu di 1997, pada masa itu krisis moneter. Buat batik dua, dibayar satu, buat tiga dibayar dua. Saat itu pengrajin tak dapat kepastian upah," kata dia.
ADVERTISEMENT
Batik kembali bergeliat di Bantul pada tahun 2007. Gempa di Bumi Yogyakarta 2006 silam nampaknya memberi hikmah. Ahmadi bercerita, ketika gempa banyak fasilitas pembuatan batik rusak parah, bahkan warga Bantul trauma enggan menetap di dalam rumah. Para warga mendapat pendampingan untuk mengatasi trauma tersebut.
"Dari situ muncul pendataan, ternyata Giriloyo banyak yang bisa membuat batik. Lalu dibuat lah kelompok-kelomlok batik," kata dia.
Momentumnya, pada 27 Mei 2007 warga Giriloyo mengadakan deklarasi kebangkitan gempa dan kebangkitan batik. Waktu itu warga menggelar selendang batik terpanjang, 1.200 meter dan tercatat di rekor muri tahun 2007 silam.
"Setelah masuk rekor muri, 'oh Giriloyo banyak yang bisa batik'. Muncul lah kelompok-kelompok batik, ada satu kelompok besarnya yaitu batik Giriloyo. Dari tonggak itu, kami buat kelompok-kelompok dan tempat ini (Koperasi Kampung Batik Tulis Giriloyo) berdiri. Ini mulai di 2007 pasca gempa," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Batik di Giriloyo terus berkembang sampai sekarang. Selain mendapat pemasukan dari eduwisata, pengrajin batik Giriloyo juga mendapatkan pemasukan dari penjualan mereka.
"Penjualan di koperasi ini per bulan sekitar Rp 120 juta. Kami ada 12 kelompok dan 1 koperasi," kata dia.
Angka itu bisa lebih besar karena setiap kelompok pembatik memiliki toko mereka masing-masing. Para pembatik yang tergabung dalam 12 kelompok batik menjual batik mereka dari pesanan online. Setiap kelompok, ada sekitar 30 orang.
"Kami ada 12 showroom. 640 pembatik terbagi 12 kelompok batik. Ini (koperasi) jadi tempat kumpulnya 12 kelompok, kita kumpulkan dalam satu koperasi, koperasi jasa kampung batik tulis Giriloyo yang di dalamnya ada unit pengelolaan desa wisata. Ada jual beli kain batik, ada jualan pakaian, ada wisata edukasi.
ADVERTISEMENT