Batu Bara Menipis, 5 Pembangkit PLN di Sumsel Minta Tambahan Gas ke Pertamina

2 Januari 2022 7:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja Pertamina EP (PEP) Limau Field mengebor Sumur KRG PA-1 menggunakan rig PDSI #32.2/N80UE-E kapasitas 1000HP di Desa Rambang Senuling, Kec Rambang Kapak Tengah, Prabumulih, Sumatera Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja Pertamina EP (PEP) Limau Field mengebor Sumur KRG PA-1 menggunakan rig PDSI #32.2/N80UE-E kapasitas 1000HP di Desa Rambang Senuling, Kec Rambang Kapak Tengah, Prabumulih, Sumatera Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Pemerintah melarang ekspor batu bara selama sebulan, mulai 1 hingga 31 Januari 2022. Kementerian ESDM menegaskan aturan ini diambil untuk mengamankan pasokan batu bara yang menipis ke pembangkit listrik di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi salah satu wilayah yang pasokan batu bara untuk kelistrikannya sempat terganggu. Sebanyak lima Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di wilayah ini meminta tambahan gas dari lapangan minyak dan gas (migas) yang ada di Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4, Prabumulih, Sumsel.
Manager Production Engineering PHR Zona 4, Arif Rahman Hakim, mengatakan permintaan tambahan gas terjadi ketika konsumsi listrik naik, terutama saat banyak aktivitas masyarakat. Misalnya Natal dan tahun baru.
"Gas kita banyak ke PLN. Ada beberapa pembangkit di arah Palembang hampir banyak kita support terutama ketika ada kendala batu bara, teman-teman pembangkit minta tambahan. Tentu kita support penuh karena akan berdampak langsung ke masyarakat," kata dia di Pusat Pengumpul Produksi (PPP) Prabumulih Field, Sabtu (1/1).
ADVERTISEMENT
General Manager PHR Zona 4, Ahmad Miftah, dalam acara syukuran tajak di Lapangan Limau, Prabumulih, Sumatera Selatan, Sabtu (1/1/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Dalam kesempatan yang sama, General Manager Zona 4 Regional 1 Subholding Upstream Pertamina, Ahmad Miftah, mengatakan permintaan tambahan gas dari pembangkit PLN di wilayah Sumsel memang hal biasa, terutama saat peak season. Dalam kontrak di awal perjanjian jual beli gas kedua pihak, ada fleksibilitas permintaan.
"Memang dalam jual beli gas di mana pun, di Jawa juga, tergantung saat di depan (kontrak) kita antisipasi peak season. Win-win solutions sih. Ada lima pembangkit di Sumsel (yang minta tambahan gas)," kata Miftah.
Selain memasok gas ke PLN, produksi migas di PHR Zona 4 tersebar ke banyak pelanggan seperti mayoritas ke Kilang Pertamina RU III Plaju, PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) 30 persen, PGN Jawa (SSWJ) 30 persen, PT Asrigita Prasarana, Medco, PT Multidaya Prima, PT Puradaya Prima, PT Energi Prima Elektrika, PGN Distrik Palembang, Jargas Prabumulih, PT SP2J (Sematang Borang), Jargas Ogan Ilir, SPBG dan Transportasi Prabumulih.
ADVERTISEMENT
Lalu menyebar juga ke Jargas Kabupaten Bogor, Jargas Karawang, Jargas Rusun Jabodetabek, Jargas PALI, Jargas Musi Rawas, Jargas Muara Enim, Jargas OKU, Fuel Sungai Gerong, PT Titis Sampurna, PT Perta Samtan Gas, dan PT Surya Esa Perkasa.
Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara (kiri) dan General Manager PHR Zona 4, Ahmad Miftah, dalam acara syukuran tajak di Lapangan Limau, Prabumulih, Sumatera Selatan, Sabtu (1/1/2022). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
"Jadi, kita juga banyak untuk jargas atau city gas. Sisanya kita pakai di pembangkit kita sendiri, ada yang diubah kondensat, dan fuel gas," kata dia.